allah yang memberi allah yang mengambil

Sungguh Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Ali Imran 37) Jika Anda mengharap datangnya rezeki dari Allah SWT, maka rajinlah beribadah kepada Allah. Allah bisa kapan saja mengambil rezeki yang sudah Anda miliki sekarang jika Anda tidak pernah bersyukur.
TRIBUNJAMBICOM - Allah SWT memerintahkan hambanya untuk bersedekah. Hal ini dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 272 "Laisa 'alaika hudāhum wa lākinnallāha yahdī may yasyā`, wa mā tunfiqụ min khairin fa li`anfusikum, wa mā tunfiqụna illabtigā`a waj-hillāh, wa mā tunfiqụ min khairiy yuwaffa ilaikum wa antum lā tuẓlamụn."
This article was a biblical analysis of the awareness of God through suffering in the book of Job chapter 1 and 2. The subject’s very important to be reviewed in considering the context of the suffering of believers at present. The aim of this biblical analysis was not only touching theological dimension, but ultimately to change the hypothetical into the realm of practical life, where suffering believers could gain the power of faith. The research method used in this study was the method of narrative analysis or narrative criticism of Job chapter 1 and 2. Through this study it could be concluded that God is sovereign over everything and no incident happens by chance, but there is a plan of God in it. Therefore, reflecting on Job's experience, it is important to carry out self-reflection as well as surrender so that in the end it does not experience despair in the midst of Tulisan ini merupakan sebuah analisis biblikal tentang kesadaran akan Allah melalui penderitaan di dalam kitab Ayub pasal 1 dan 2. Pokok bahasan ini sangat penting untuk dikaji kembali dengan mempertimbangkan konteks penderitaan orang percaya di masa kini. Tujuan analisis biblikal ini diharapkan tidak hanya menyentuh dimensi teologis, tetapi pada akhirnya mengubah yang hipotetis ke dalam lingkup kehidupan praktis, di mana orang-orang percaya yang menderita dapat beroleh kekuatan iman. Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah metode analisis naratif atau kritik naratif terhadap Ayub pasal 1 dan 2. Melalui kajian ini dapat disimpulkan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu dan tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan, tapi ada rencana Tuhan di dalamnya. Oleh karenanya, bercermin dari pengalaman Ayub tersebut, penting melakukan refleksi diri dan sekaligus penyerahan diri sehingga pada akhirnya tidak mengalami keputusasaan di tengah penderitaan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019111Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlineKesadaran Akan Allah Melalui Penderitaan Berdasarkan Ayub 1-2 Kalis Stevanus Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu kalisstevanus91+ Abstract This article was a biblical analysis of the awareness of God through suffering in the book of Job chapter 1 and 2. The subject’s very important to be reviewed in considering the context of the suffering of believers at present. The aim of this biblical analysis was not only touching theological dimension, but ultimately to change the hypothetical into the realm of practical life, where suffering believers could gain the power of faith. The research method used in this study was the method of narrative analysis or narrative criticism of Job chapter 1 and 2. Through this study it could be concluded that God is sovereign over everything and no incident happens by chance, but there is a plan of God in it. Therefore, reflecting on Job's experience, it is important to carry out self-reflection as well as surrender so that in the end it does not experience despair in the midst of suffering. Keywords Book of Job; awareness of God; suffering Abstrak Tulisan ini merupakan sebuah analisis biblikal tentang kesadaran akan Allah melalui penderitaan di dalam kitab Ayub pasal 1 dan 2. Pokok bahasan ini sangat penting untuk dikaji kembali dengan mempertimbangkan konteks penderitaan orang percaya di masa kini. Tujuan analisis biblikal ini diharapkan tidak hanya menyentuh dimensi teologis, tetapi pada akhirnya mengubah yang hipotetis ke dalam lingkup kehidupan praktis, di mana orang-orang percaya yang menderita dapat beroleh kekuatan iman. Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah metode analisis naratif atau kritik naratif terhadap Ayub pasal 1 dan 2. Melalui kajian ini dapat disimpulkan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu dan tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan, tapi ada rencana Tuhan di dalamnya. Oleh karenanya, bercermin dari pengalaman Ayub tersebut, penting melakukan refleksi diri dan sekaligus penyerahan diri sehingga pada akhirnya tidak mengalami keputusasaan di tengah penderitaan. Kata Kunci Kitab Ayub; kesadaran akan Allah; penderitaan Submitted 20 Desember 2018 Accepted 26 Februari 2019 Published 29 April 2019 Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan KristianiVolume 3, Nomor 2 April 2019 ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 online Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019112Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlinePENDAHULUAN Ada dua jenis pengetahuan, yakni knowledge by description pengetahuan tentang sesuatu melalui bacaan atau orang lain dan knowledge by experience adanya pengetahuan dalam hubungan langsung dengan hal yang riil. Seseorang dapat memiliki kesadaran atau pengetahuan tentang keberadaan Allah melalui wahyu Tuhan yang tertulis di dalam Kitab Suci knowledge by description, tetapi juga ada jalan lain, yaitu melalui pengalaman knowledge by experience. Pengalaman manusia tentang Allah akan membentuk suatu pengetahuan tentang Allah. Kesadaran akan Allah di dalam kehidupan manusia semakin nampak atau terlihat ketika ia mengalami masalah atau kesulitan hidup. Manusia kembali memikirkan tentang Allah ketika ia mengalami kesulitan hidup. Persoalan hidup manusia selalu terkait dengan kesadaran manusia tentang keberadaan Allah. Kesadaran manusia memengaruhi bagaimana mereka bertingkah laku dan bertindak dalam setiap pengambilan keputusan mereka. Peniel Maiaweng dan Christina Ukung1 memberikan contoh 1 Peniel Maiaweng, Christina Ukung, and Christina Ukung, “Apakah Rut, Perempuan Moab Adalah Penyembah TUHAN?,” Jurnal Jaffray 16, no. 2 October 3, 2018 161, accessed April 5, 2019, konkrit mengenai kesadaran akan Allah ialah yang ada di dalam diri Ruth perempuan Moab yang memutuskan mengikuti Naomi ke Bethelehem dan menjadi penyembah Tuhan. Naomi meminta Rut untuk pulang mengikuti iparnya, tetapi jawaban Rut kepada Naomi, “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!” 115-17. Kesadaran akan Allah merupakan kesadaran tertinggi manusia untuk memahami dan bertindak sesuai pemahamannya tentang Allah terhadap segala sesuatu yang dialami di dalam hidupnya. Pengalaman religius seseorang akan memengaruhi konsepsinya pengertiannya dan membangkitkan kesadaran akan Allah dalam memaknai pengalaman hidupnya, termasuk Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019113Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlinependeritaan. Benar, apa yang dikatakan Elvin Atmaja Hidayat bahwa penderitaan merupakan problem iman. Ada orang dapat menerima penderitaannya dan menjadi semakin beriman saat diuji dalam penderitaan, sementara yang lain tidak dapat menerimanya dan kehilangan iman. Bagi orang yang tidak dapat menerima penderitaan hidupnya, Allah yang Mahakasih dianggap sebagai semacam konsep tipuan atau khayalan, sehingga kurang diimani, karena dianggap tidak Ayub adalah contoh nyata, seorang yang sungguh-sungguh beriman namun tak lepas dari penderitaan. Seperti yang dikemukakan Bartolomeus Wahyu Kurniadi, Ayub belajar menerima dan menanggapi penderitaannya dengan sikap iman. Dengan sikap iman itu Ayub hanya mengarahkan hati dan pikiran kepada kedaulatan dan kehendak Allah. Itu sebabnya sikap Ayub ini dapat menjadi salah satu inspirasi bagi orang percaya sekarang, untuk tetap beriman kepada Allah walau dalam situasi yang sangat menderita Seperti yang 2 Elvin Atmaja Hidayat, “Iman Di Tengah Penderitaan Suatu Inspirasi Teologis-Biblis Kristiani,” MELINTAS 32, no. 3 September 6, 2017 285, accessed April 5, 2019, 3 Bartholomeus Wahyu Kurniadi, “Inspirasi Kisah Ayub Bagi Seorang Katolik Dalam Menghadapi diungkapkan Ayub, ”Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas” Ayub 2310. Terbukti, Ayub melalui penderitaannya itu, ia menjadi semakin mengenal Allah Ayub 425. Ada pun yang melatarbelakangi seluruh rangkaian kisah Ayub secara umum adalah kesadaran akan Allah. Kitab Ayub ini mempersoalkan penderitaan pribadi, bukan penderitaan suatu bangsa, yaitu mengenai kedaulatan Allah mengizinkan orang beriman, orang tidak bersalah mengalami penderitaan, dan kerelaan untuk menerimanya tanpa kehilangan imannya. Melalui narasi kitab Ayub ini menceritakan atau menggambarkan pengalaman manusia secara universal untuk menguatkan percaya masa kini yang sedang menghadapi penderitaan. Kitab Ayub merupakan salah satu kanon Ibrani yang unik karena kisahnya yang sangat ekstrim dan tidak diketahui siapa penulisnya. Sekalipun demikian, kitab ini diakui sebagai sebuah karya sastra bernilai tinggi yang menceritakan bagaimana kesadaran manusia akan karya Allah di dalam dunia, khususnya Penderitaan,” MELINTAS 31, no. 1 July 22, 2015 47, accessed April 5, 2019, Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019114Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlinemenghadapi persoalan hidup. Oleh kaum Ibrani kitab Ayub dipercaya sebagai sebuah Cara Ayub merespon penderitaan yang dialaminya menunjukkan sikap seorang yang memiliki kesadaran yang tinggi akan Allah. John Drane menjelaskan bagian kisah ini menggambarkan Allah sebagai pemimpin sidang Ilahi, dan menerangkan penderitaan Ayub dengan referensi pada tuduhan yang dijatuhkan atas Ayub oleh si pendakwa iblis. Tuduhannya ialah bahwa Ayub saleh hanya karena ia tahu bahwa kesalehan itu Ucapan istri Ayub dan teman-temannya juga menegaskan adanya konsep teologi yang dibangun atas dasar kesadaran mereka tentang Allah sesuai konteks waktu itu. Kesalehan diberi pahala dengan kemakmuran dan kebahagiaan, sedangkan kefasikan diberi penghukuman. Paham ini disebut adalah sebuah pemahaman bahwa Allah itu adil akan mengganjar seseorang sesuai perbuatannya, yakni memberkati orang benar dan menghukum orang fasik; siapa yang taat kepada-Nya akan diberkati dan siapa yang tidak taat akan dihukum atau 4Hagiographa berasal dari dua kata yaitu hagio atau hagios artinya kudus, dan grapha atau graphe artinya tulisan. Jadi hagiographa adalah tulisan kudus. 5 John Drane, Memahami Perjanjian Lama 1 Jakarta Persekutuan Pembaca Alkitab, 2009, 88. tidak akan diberkati. Manusia patut mendapat apa yang patut diterimanya menurut penilaian Tuhan. Prinsip ini disebut retribusi. Prinsip retribusi ini dalam arti sempit sama dengan sebagai balas jasa atau “ganti rugi”. Inilah pola tradisional pada waktu itu. Pemahaman retribusi ini menjadi pemikiran umum yang melatarbelakangi sikap mereka terhadap realitas kesadaran akan Allah dan kehadiran-Nya di dalan kehidupan mereka. Larosa menyatakan, bahwa pada zaman di mana penulis Kitab Ayub hidup, umat Israel menghadapi persoalan yang cukup rumit. Mereka melihat dalam kehidupan sehari-hari suatu kenyataan yang sangat kontradiktif. Orang-orang saleh menderita, sementara orang-orang fasik, orang-orang berdosa dapat menikmati hidup yang lebih enak. Pandangan tradisional yang biasa disebut ortodoks atau teodisi ini ternyata tidak dapat menjelaskan persoalan tersebut dengan cukup memuaskan. Menurut pandangan teodisi, orang saleh pasti diberkati Allah dan orang jahat pasti dihukum. 6 Maka konsekuensinya ialah mereka Bildad, Elifas, dan Zofar selalu memandang orang yang menderita sebagai orang yang telah melakukan dosa. Menurut 6 Arliyanus Larosa, Belajar Dari Kitab Ayub Tegar Dalam Penderitaan Bandung Kalam Hidup, 1997, 10. Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019115Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlinelogika teologi teodisi mereka Bildad, Elifas, dan Zofar, diperoleh konklusi bahwa Ayub bersalah/berdosa. Ayub tetap teguh dalam pendiriannya bahwa ia mengklaim dirinya tidak melakukan sesuatu yang jahat di hadapan Allah psl. 11. Ayub tidak puas dengan penjelasan ortodoks ini. Ayub mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap pandangan ortodoks atau retribusi tersebut. Hal ini menyebabkan sebuah rekonstruksi perspektif klasik itu. Kitab Ayub ditulis dengan maksud untuk meruntuhkan paham tradisional Ayub di dalam Kitab Ayub ini adalah tokoh yang menggambarkan sikap protes terhadap pandangan/teologi tradisional tersebut teodisi. Emanuel da Santo Meo Djogo, menguraikan secara keseluruhan kitab Ayub adalah mengisahkan seorang saleh 11 yang ditimpa kemalangan 113-19; 27-8 dan mempertanyakannya kepada Allah, lewat berbagai dialog yang diutarakan bersama ketiga temannya, yang kemudian juga mendapat tanggapan dari Elihu 41– 3724. Pembicaraan mereka berkisar persoalan mengenai musibah penderitaan 7 Emanuel Djogo, “Tinjauan Permasalahan Teodise Kitab Ayub Dan Relevansinya Terhadap Penderita HIV/AIDS,” MELINTAS 33, no. 3 2017 342–369, accessed April 5, 2019, yang dialami Ayub, orang saleh 11–213.8 Percakapan pun berkembang menjadi Yang seorang berbicara tanpa menghiraukan pembicaraan pihak lain. Pandangan/teologi tradisional teodisi inilah yang menjadi dinamika kesadaran akan Allah dalam kasus apa yang dialami Ayub sebagai orang yang saleh seharusnya sesuai dengan logika teodisi atau retribusi, Ayub tidak mengalami petaka, tapi diberkati. Kesadaran Ayub akan Allah sedang dibentuk melalui penderitaan yang dialaminya. Biasanya Allah memberkati orang saleh yang mengasihi-Nya. Allah juga menghakimi orang yang fasik dan jahat, secara umum memang benar. Tetapi, tidak selalu terjadi demikian. Tidaklah benar untuk menerapkan pendapat itu kepada Ayub. Persoalan yang dihadapi Ayub mengantar kita untuk menemukan kesadaran akan Allah yang paling hakiki dalam hidup manusia sepanjang jaman. Kisah Ayub bukan sekadar kisah biasa tetapi menjadi sebuah kisah yang “hidup” tentang seorang yang saleh, takut akan 8 Larosa, Belajar Dari Kitab Ayub Tegar Dalam Penderitaan, 344. 9 Ada tiga babak debat. Pertama Ayub, Elifas, Bildad dan Zofar 41-1422, kedua Ayub, Elifas, Bildad dan Zofar 151-2134, ketiga Ayub, Elifas, Bildad dan Zofar 221-2723. Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019116Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlineAllah, jujur dan menjauhi kejahatan tetapi kehilangan semua yang dimilikinya karena imannya kepada Allah. Ayub mengalami pergumulan hidup, bermula dari ketaatan prolog, berubah menjadi dialog, dan juga dipertajam melalui konflik pribadi dan berakhir dalam ketaatan yang lebih tinggi sesudah mendengar jawaban-jawaban Allah. Kitab Ayub sesungguhnya mayoritas mengandung konflik pribadi Ayub dalam memandang penderitaan tak terjelaskan yang dialaminya kepada Tuhan. Melalui kejadian atau penderitaan tersebut, kesadaran akan Allah justru makin meningkat. Sebab iman bukanlah sesuatu yang statis, tapi dinamis di dalam hubungan antara manusia orang beriman engan Allah. Allah mengizinkan Ayub – orang yang saleh mengalami penderitaan, dan kerelaan untuk menerimanya tanpa kehilangan imannya. Dengan demikianlah terbentuk kesadaran akan akan Allah melalui pengalaman konkrit di dalam penderitaan. Artikel ini bertujuan untuk membangun kesadaran akan Allah dalam rangka menolong orang Kristen pada saat mengalami penderitaan dalam hidupnya dengan berkaca kepada sikap Ayub dalam penderitaan. Ayub menjadi prototype mengenai seorang beriman yang mengalami problematika kehidupan yang tidak dapat dijelaskan tetapi justru pada akhirnya membawa kepada tingkat kesadaran akan Allah serta membawa Ayub kepada pengenalan akan Allah yang lebih mendalam,”Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”425. Ketika Ayub kehilangan harta dan semua anak-anaknya mati, maka Ayub tetap tekun di dalam kesalehannnya di hadapan Allah. Ayub tetap tekun dalam kesalehannya, bukan karena harta bendanya, melainkan karena kesadaran akan Allah yang dimilikinya. METODE PENELITIAN Kritik Naratif Metode yang digunakan dalam kajian konseptual Ayub 1-2 adalah metode analisis naratif. Metode analisis naratif atau kritik naratif adalah suatu metode analisis Alkitab yang memusatkan perhatian hanya pada teks dan tidak terlalu menaruh perhatian pada hal-hal yang di luar teks, seperti misalnya aspek historis dari teks Dalam kritik naratif ada dua aspek, yaitu kisah dan 10 P. A. Didi Tarmedi, “Analisis Naratif Sebuah Metode Kristiani Hermeneutika Kitab Suci,” MELINTAS 29, no. 3 July 14, 2014 331–360, accessed February 25, 2018, Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019117Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlinepengkisahan. Kisah adalah merupakan peristiwa atau pengalaman yang tertulis dalam teks tersebut, sedangkan pengkisahan adalah pemaknaan dari kisah tersebut. Kisah dapat sama, namun pengkisahan dapat berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, dalam kritik naratif, dikenal adanya narator. Narator adalah seorang tokoh imajiner yang diciptakan oleh penulis, yang perannya sangat dominan tampil sebagai orang yang maha tahu. Seorang narator berusaha untuk mempengaruhi pembaca melalui penyampaian kisahnya, yang dikenal sebagai sudut pandang atau ideologi dari narator. Kajian dalam artikel ini akan menarasikan kisah Ayub sebagaimana yang terdapat dalam teks Ayub 1-2 untuk kemudian menghasilkan pemaknaan atas kisah tersebut dalam konteks penderitaan orang percaya. Narasi tulisan ini terdiri atas dua bagian, yaitu narasi 11-22 yang menceritakan tentang seorang tokoh bernama Ayub yang terkaya di sebelah timur di tanah Us dan proses penderitaannya yang pertama, dan narasi 21-13 yang menceritakan proses penderitaan Ayub yang kedua. Kitab Ayub Para ahli Perjanjian Lama menggolongkan kitab Ayub ini ke dalam jenis sastra “hikmat” sama seperti Kitab Amsal dan Pengkhotbah. Kitab Ayub sering disebut sebagai cerita kitab Ayub 3-426 dibungkus oleh apa yang biasa disebut oleh para ahli Perjanjian Lama sebagai prolog pasal 1 dan 2 dan epilog 427-17. Prolog dan epilog inilah yang biasa disebut sebagai bingkai cerita kitab Menurut David Atkinson, struktur Kitab Ayub dibagi menjadi tiga bagian. Pertama pasal 1-2 prolog berbentuk prosa, menggambarkan latar belakang peristiwa Ayub. Dalam prolog itu realitas sorgawi dan realitas di bumi serentak dituturkan. Kedua pasal 31-426 dalam bentuk sajak yang panjang, menceritakan bagaimana Ayub dan sahabat-sahabatnya berdebat untuk mengerti keadaan Ayub, dan pada akhirnya Ayub mengindahkan suara Allah. Ketiga pasal 427-14 epilog juga dalam bentuk prosa, mengakhiri cerita peristiwa Ayub dengan happy Kitab Ayub masuk kategori kitab puisi atau syair. David Cline menyatakan bahwa kerangka kitab Ayub adalah prosa, tetapi intinya 11 Temper Longman III, Job Grand Rapids Baker Academic, 2012, 29-30. 12 Larosa, Belajar Dari Kitab Ayub Tegar Dalam Penderitaan, 9. 13 David Atkinson, Ayub Jakarta Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 15. Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019118Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlineadalah Karena bentuknya bersifat puisi, kita wajib menguraikan sesuai dengannya. Di dalam kitab Ayub terdapat beberapa jenis sastra. Kitab ini berasal dari tradisi Dialog terjadi dengan latar belakang Siria atau Edom sebagai tempat asal Elifaz dan Ayub. Tempat-tempat lain yang disebutkan sebagai para penyerang Ayub adalah daerah Sabia, Kaldea, Teman, Syeba. Puisi-puisi mengekspresikan pengetahuan tentang topik-topik yang bervariasi. Sebagai contoh adalah kisah tentang penglihatan wahyu ilahi 412-16, konstelasi bintang 99; 383, prototype manusia ideal 157-9, logam mulia 2221-25; 281-2, permata berharga 2816-19, pertambangan 281-11, dan gambaran tentang binatang 3839-3930. Bentuk kisah Ayub memiliki kerangka utama berupa didactive narative, sebuah narasi yang dimaksud untuk mendidik para pendengarnya. Baik prolog maupun epilog yang bersifat naratif, bukan puisi, yaitu pasal 1-2 dan pasal 427-14 Lasor, Hubbrad, and Bush, Pengantar Perjanjian Lama Jakarta BPK Gunung Mulia, 2015, 40. 15 Tradisi hikmat yang dimaksud adalah pengungkapan kisah yang berasal dari wilayah timut dekat dengan pengaruh kuat dari teks Mesopotamia dan Mesir. Kisah Ayub menggambarkan bagaimana orang pada masa itu memahami Allah dan cara kerjanya dalam hidup manusia. 17 merupakan narasi bersifat 3-42 jelas core-nya adalah puisi kendati pun berbentuk puisi tetapi memiliki karakter didaktif juga. Hassel Bullock menyatakan kitab Ayub ini bersifat didaktif dalam arti bahwa sang pengarang berusaha mengajarkan kebenaran agamawi; suatu tugas yang dilaksanakannya terutama dengan memakai sarana puisi lirik yang mengungkapkan perasaan-perasaan yang Di dalamnya mendeskripsikan bagaimana cara Ayub meresponi penderitaannya. Narasi ini ingin mendidik para pendengar atau pembacanya mengenai cara mereka sendiri bertahan dalam penderitaan mereka sendiri. Para pembaca diperlihatkan kisah Ayub sebagai salah satu contoh seorang yang saleh tetapi mengalami hal yang sangat ekstrim Ayub seorang yang kaya raya, dan mengalami kemiskinan yang sangat ekstrim; ia seorang yang terhormat sekaligus terhina; ia seorang yang terkenal kesalehannya dan keberaniannya menghadap Tuhan. Ayub mengalami Tuhan yang membisu dan Tuhan yang berbicara panjang lebar. 16 Kitab Ayub itu bersifat didaktif dalam arti bahwa sang penulis kitab ini berusaha mengajarkan kebenaran agamawi dengan memakai sarana puisi lirik yang mengungkapkan perasaan-perasaan yang dalam. 17 C. Hassell Bullock, Kitab-Kitab Puisi Dalam Perjanjian Lama Malang Gandum Mas, 2003, 97. Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019119Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlineJawaban Tuhan dalam Kitab Ayub adalah terpanjang di dalam Perjanjian Lama. Iman Ayub juga ekstrim, dimana awalnya ia adalah seorang yang berserah diri/menerima keadaannya, kemudian berubah menjadi protes terhadap hari kelahirannya dan memprotes Tuhan hingga mengakui kedaulatan-Nya. Jenis sastra kedua adalah individual lament keluhan pribadi dan lawsuit perkara hukum, penuntutan perkara di dalam pasal 3 dan pasal 29-31. Jenis sastra individual lament terhadap Tuhan juga muncul dalam sastra para nabi dan Kitab Mazmur 44 dan 88. Tiga karakteristik utama dalam kisah Ayub adalah pembicara, Tuhan, dan pembelaan. Kitab Ayub disusun dalam sebuah dialog dramatis mengenai keluhan Ayub. William Dyrness menyatakan bahwa sastra ini sebenarnya justru menunjukkan sebuah intimacy dengan Tuhan yang sangat rohani dan personal. Manusia berani membuka diri terhadap Tuhan, bahkan sampai mengeluh soal luka jiwanya. Kitab yang berisi sikap protes terhadap Tuhan ini diterima oleh kanon Alkitab sebagai jenis sastra yang legitimate dan juga sebagai spiritualas yang William Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama Malang Gandum Mas, 1992, 30. Jenis sastra yang terakhir adalah disputation speech debat hikmat. Semua dialog antara Ayub dan teman-temannya pasal 4-27 dan antara Ayub dan Tuhan 381-426 termasuk kategori jenis sastra disputation di dalam kitab Ayub memerankan dirinya sebagai guru hikmat dalam sebuah debat yang tajam, saling menyalahkan dan memojokkan menurut keyakinan masing-masing, untuk membuktikan kebenaran perspektif hikmat mereka sendiri. Secara literer, jawaban Ayub lebih luas dan panjang daripada jawaban teman-temannya. Dan jawaban Tuhan lebih luas dan panjang daripada jawaban Ayub. Secara literer pula, dapat diketahui mengenai siapa yang dianggap paling benar di dalam setiap debat itu, yakni yang paling panjang jawabannya karena dibangun atas dasar yang lebih lengkap. Setiap tokoh memaparkan perspektif mereka mengenai kesadaran akan Allah untuk menjawab persoalan yang dihadapi oleh Ayub. HASIL DAN PEMBAHASAN Narasi Ayub dan Penderitaannya yang Pertama 11-22 Dalam bagian ini terdiri atas tiga bagian, yakni narasi 11-5 yang menceritakan tentang seorang tokoh 19 Longman III, Job, 31-32. Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019120Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlinebernama Ayub yang saleh, takut akan Allah, seorang ayah dari tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan, dan juga seorang yang kaya raya serta termasyur di zamannya, bagia kedua adalah narasi 16-19 yang menceritakan proses penderitaannya yang pertama, ketiga adalah narasi 21-13 yang menceritakan proses penderitaan Ayub yang kedua. 11-5 Sosok Ayub Ayub adalah seorang yang saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ayub taat dan setia beribadah kepada Allah, serta bermoral baik 11,8; 23. Ayah dari tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan 12. Di sini, penting kita perhatikan bahwa Allah sendirilah yang menyatakan Ayub sebagai seorang yang saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan 11,8; 23. Alden A. Gannett menjelaskan pengertian saleh dalam ayat ini dimaksudkan seorang yang hidup rohaninya tidak bercela. 20 Ayub juga ditampilkan sebagai “Sang Konglomerat” pada zamannya. “Ia memiliki tujuh ribu kambing domba, tiga ribu unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar” 13. Di 20 Alden A. Gannett, Pengertian Tentang Sakit Dan Penderitaan Dari Kitab Ayub Jepara Silas Press, 2. antara bangsa-bangsa lain pun ia terkenal sebagai orang yang dermawan, berbudi, dan sangat dihormati serta orang yang terbesar pada masa itu 13. Penting diketahui bahwa menurut kebudayaan Ibrani, kemakmuran biasanya dianggap pertanda atau simbol dari berkat Allah. Di dalam Kitab Ulangan 28, jelas hal itu dengan membandingkan berkat-berkat yang akan diberikan kepada orang yang menaati Allah, dan berbagai kutuk akibat ketidaktaatan. Kemakmuran dan kebahagiaan kadang-kadang dipakai Allah sebagai tanda nyata dari Kualitas hidup rohani Ayub sebagaimana disebut di dalam Kitab Ayub bahwa ia adalah seorang yang saleh dan jujur; takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Dan bahwa kekayaan/kemakmuran bukanlah yang menyebabkan/menjadi dasar Ayub memiliki kualitas rohani yang tinggi, melainkan lebih kepada pengalaman religiusnya atau kesadaran akan Allah—hubungan pribadi dengan Allah. Perilaku Ayub di dalam menghadapi kesulitan hidup sekalipun segala hartanya bahkan semua anak-anaknya mati, selalu dikendalikan oleh kesadaran akan Allah 21 Atkinson, Ayub, 19-20. Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019121Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlineyang tinggi. Dengan kata lain, kesadaran Ayub itu selalu dikaitkan dengan Allah. Ayub juga seorang yang senantiasa berdoa bagi keluarganya 14-5. Dalam ayat-ayat ini jelas menyatakan bahwa betapa salehnya Ayub dan seorang ayah yang senantiasa berdoa bagi keluarganya. Setiap kali, apabila hari-hari pesta anak-anaknya berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekali, sebab pikirnya, mungkin anak-anaknya sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati mereka. Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa. Sebagai imam keluarga, Ayub mempersembahkan korban bakaran untuk anak-anak mereka. Ia senantiasa berdoa bagi keluarga dan berusaha menjaga kekudusan keluarganya. Ayub mengerti bahwa mengutuki Allah adalah dosa, dan ia ingin agar seluruh keluarganya tetap bersih dari dosa. Jadi pagi-pagi sekali ungkapan Ibrani yang berarti rajin dan teratur, Ayub bangun dan mempersembahkan korban bakaran untuk mereka semua. Hal itu Ayub lakukan sepanjang hidupnya—senantiasa 15.22Dampak kesadaran Ayub akan Allah 22 Ibid, 20-21. nampak dari caranya menguduskan anak-anaknya Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.’ Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa” 115. 16-19 Penderitaan Ayub yang pertama Kita mengakui bahwa kisah percakapan Allah dan Iblis sebagaimana diuraikan dalam Kitab Ayub pasal 1 dan 2, itu sungguh-sungguh terjadi karena itu berasal dari penyataan Allah sendiri. Tidak ada kemungkinan lain kebenaran Kitab Ayub diakui atau tidak. Jika kisah itu berasal dari penyataan Allah, tentulah percakapan tersebut terjadi sungguh-sungguh walaupun cara menuturkan/menceritakannya adalah antropotatis, artinya perbuatan Allah dilukiskan dengan memakai kata-kata dan perbuatan manusia, agar dapat dipahami oleh akal manusia. Allah di sorga seringkali menyatakan diri-Nya kepada kita dengan antropomorpisme yang sama Allah duduk di atas takhta, Allah menyesal, tangan Allah, mata Tuhan, langkah kaki Tuhan, dan sebagainya. Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019122Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 online“Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah23 menghadap Tuhan dan di antara mereka datanglah juga Iblis” 16.24Kita perhatikan di sini bahwa yang membuka jalan kepada penderitaan Ayub adalah Allah sendiri “Maka bertanyalah Tuhan kepada Iblis Dari mana engkau?’ Lalu jawab Iblis kepada Tuhan “Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi” 17. “Lalu bertanyalah Tuhan kepada Iblis Apakah engkau memperhatkkan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan” 18. Jelas inisiatif ini datang dari pihak Tuhan. Allah yang membuka pembicaraan tentang Ayub. Dalam ayat ke 9, Iblis menjawab “Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?” Dengan kata lain, Iblis mau mengatakan “Ah, ia hanya beribadah kepada-Mu karena ia mengharapkan berkat-berkat dari pada-23 Ada banyak tafsiran mengenai anak-anak Allah dalam teks ini, tapi menurut kebanyak para ahli Alkitab, yaitu bahwa anak-anak Allah itu adalah malaikat. 24 Kisah serupa dapat kita jumpai dalam Wahyu 1210 diceritakan, bahwa Iblis menghadap ke hadirat Tuhan sebagai “pendakwa saudara-saudara kita”; dan di dalam Zakharia 31-2 diceritakan juga, bahwa Iblis “berdiri” di hadapan hadirat Allah. Ada banyak ayat yang menerangkan, bahwa Iblis diizinkan oleh Allah mencobai umat-Nya 1 1 2 tentunya dengan kuasa yang terbatas berada dalam kendali-Nya. Setiap izin Tuhan itu selalu disertai suatu batas tertentu. Iblis tidak dapat bertindak di luar apa yang diizinkan oleh Allah. Mu.” Iblis mendakwa Ayub melayani Allah, takut akan Allah dan beribadah kepada Allah hanya karena demi kemakmuran yang akan Ayub terima. Iblis sibuk mencari-cari kesalahan Ayub dengan tujuan menghancurkan. Hal ini sangat Nampak dalam cara Iblis menjawab Allah,”Apakah Allah berpendapat kesalehan Ayub tanpa pamrih? Tidakkah tahu Allah bahwa Ayub mengharapkan imbalan dari semuanya itu? Lagi pula, karena Allah membentengi dia dengan kekayaan yang melimpah dan dukungan keluarga. “Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kau berkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu” 110-11. Itulah dakwaan Iblis. Dan pertanyaan Iblis adalah salah satu tema utama Kitab Ayub Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? 19. Iblis mengetahui bahwa Allah telah memasang “pagar pelindung” di sekitar Ayub. Dalam ayat 11, Iblis melemparkan tantangan “Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.” Seakan-akan Iblis mengatakan kepada-Nya Allah, Engkau terlalu yakin tentang Ayub ini. Ia hanya mau takut akan Engkau Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019123Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlinekarena materi yang Kau limpahkan kepadanya. Dan Allah menjawab “Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu, hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya” ayat 12. Di sini nyata bahwa Allah yang memberikan izin kepada Iblis untuk mencobai Ayub, yaitu atas segala yang dimiliki Ayub, tetapi tidak atas diri Ayub sendiri. Tentang semua percakapan/dialog antara Allah dengan Iblis, Ayub sendiri sama sekali tidak tahu. Hal serupa dikatakan Arliyanus Larosa bahwa Ayub tidak mengetahui hal itu. Ayub sendiri tidak diberi tahu oleh Allah. Justru ketidaktahuan Ayub sama sekali tentang apa kaitan penderitannya di bumi dengan kebijaksanaan di sorga, membuat peristiwa itu sangat Baxter menyatakan demikian Sesungguhnya Ayub tidak dimaksudkan untuk mengetahui keterangan yang menyebabkan ia menanggung derita; dan justru pada kenyataan bahwa ia tidak mengetahuinya itulah tergantung segala sesuatu dalam pencobaan yang berlangsung atas dirinya. Jika Ayub sudah mengetahuinya, tentulah tidak ada tempat lagi bagi iman; dan ia tidak 25 Larosa, Belajar Dari Kitab Ayub Tegar Dalam Penderitaan, 21. akan keluar dari api pencobaan sebagai emas yang sini tampak hubungan yang indah antara kekuasaan Allah dan pertanggung jawaban makhluk ciptaan-Nya. Allah tidak mendikte apa yang harus Iblis lakukan, tapi Allah tetap memegang kendali berdaulat, sehingga Iblis tidak bisa bertindak melampaui batas tersebut. David Atkinson berkata memang Allah yang mengizinkan Iblis mencobai Ayub, namun Allah menentukan batas pencobaan itu. Iblis selamanya di bawah kuasa dan pengendalian Allah 112.27 J. Sidlow Baxter mengatakan bahwa setiap izin Tuhan itu selalu disertai suatu batas yang tertentu. Pembatasan itu merupakan suatu penghiburan bagi orang percaya Iblis tidak dapat berbuat sekehendak hatinya, tidak dapat bertindak di luar apa yang diizinkan oleh Allah—sama halnya dengan kuasa Pilatus terhadap Yesus Ayub, seorang konglomerat, kehilangan segala-galanya dalam satu hari. Ayub kehilangan kesepuluh anaknya dalam satu hari saja. Mereka berkumpul di rumah saudara sulung mereka. Tiba-tiba bencana angina rebut bertiup dari 26 J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 2 Ayub s/d Maleakhi Jakarta Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1989, 17. 27 Atkinson, Ayub, 24-25. 28 Baxter, Menggali Isi Alkitab 2 Ayub s/d Maleakhi, 29. Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019124Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlineseberang pada gurun. Rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa mereka, sehingga mereka mati. Penting diperhatikan bahwa Ayub baru saja mempersembahkan korban bakaran demi semua anak-anaknya. Itu berarti sama sekali tidak ada lagi dosa yang tersembunyi yang mencemari Ayub maupun keluarganya. Mereka baru saja ditahirkan. Memang Ayub dan keluarganya adalah pendosa, tapi Ayub benar-benar saleh di hadapan Allah. Allah yang sendirilah yang mengatakan Ayub saleh. Tidak ada suatu apa pun yang mengganjanl persekutuan antara Allah dan Ayub, juga antara Allah dan keluarga Ayub. Korban bakaran telah Kendati pun diri Ayub dan keluarganya demikian saleh, toh empat bencana menimpa Ayub. Beruntun empat pesuruh melapor kepada Ayub 114-19 sebagai berikut “Orang-orang Syeba menyerang dan merampas … dengan mata pedang. Hanya aku yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.” “Api … membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku yang luput, 29 Atkinson, Ayub, 25. sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.” “Orang-orang Kasdim … menyerbu unta-unta dan merampasnya serta membunuh penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.” “Angin ribut melanda rumah tempat anak-anak tuan berpesta … semua anak tuan mati. Hanya aku yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.” 120-22 Reaksi Ayub Betapa mengejutkan berita itu 114-19. Bagaimana respon Ayub? Di dalam ayat 20-22 “Berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah Tuhan!” Dalam semuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.” Reaksi Ayub yang pertama adalah tertuju pada Allah—ia sujud menyembah. Terbukti Ayub tidak mengutuki Allah. Dan Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019125Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlineitu juga membuktikan Iblis total salah. Ayub mengakui kedaulatan Allah yang memberi dan mengambil, sehingga ia menerimanya tanpa menuduh Allah berbuat yang kurang patut. Ayub melakukan refleksi diri untuk merenungkan masalahnya dengan berdiam diri selama tujuh hari lamanya tanpa sepatah katapun. Kedua, Ayub menyatakan kesadarannya akan segala keberadaan materi adalah dari pemberian Tuhan. Tuhanlah yang memberi segala yang dia miliki baik semua harta maupun keluarganya. Keyakinan itulah yang membuat Ayub menjadi sadar, bahwa tidak ada hak yang dimilikinya untuk mempertahankan semuanya itu. Untuk menegaskan hal itu, Ayub memberikan pernyataan kedua, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Tuhanlah yang memiliki hak untuk mengambil kembali apa yang pernah diberikan kepada Ayub, dengan banyak cara. Perenungan diri Ayub menunjukkan kesadarannya akan Allah dan wujud penerimaannya terhadap kedaulatan Tuhan—Ia sempurna. Ayat 22 dikatakan, ”Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut”. Pengertian “tidak berdosa” maksudnya bahwa selama dalam kondisinya yang sulit, Ayub tidak pernah melakukan yang hal tidak benar dalam arti mengutuki Allah. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Ayub sadar apa yang ia alami masih bertalian dengan rencana Allah, dan ia tetap berkeyakinan bahwa Allah tidak melakukan hal yang kurang patut. Itu merupakan bukti Ayub memiliki kesadaran yang tinggi akan Allah. Ayub dan Penderitaannya yang Kedua 21-13 21-8 Penderitaan Ayub yang kedua Peristiwa dalam percakapan pasal 21-6 serupa dengan peristiwa dalam pasal 11-12, namun ada perbedaan dalam tiga hal. Pertama, Iblis datang bersama anak-anak Allah dengan tujuan menghadap Tuhan 21. Apakah Iblis datang untuk mengakui bahwa Allah menang dalam putaran pertama, lalu berpura-pura memberi hormat kepada-Nya? Kedua, Allah memberi keterangan tambahan tentang Ayub,”ia tetap dalam kesalehannya 23, yang menekankan bahwa Ayub benar-benar saleh. Ketiga, Allah menambahkan,”engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan” 23. Dalam ungkapan itu tersirat pernyataan Allah bahwa Iblis Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019126Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlinegagal. Dakwaan Iblis tentang kesalehan Ayub meleset sama Tuhan memuji kesalehan Ayub, setelah ia menjadi miskin dalam sehari dan kehilangan kesepuluh anaknya sekaligus 23. Iblis masih belum melepaskan cengkeramannya atas Ayub. Lalu jawab Iblis kepada Tuhan “Kulit ganti kulit! 24. Kemudian Iblis membujuk Tuhan,”Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu” 25. Seperti dalam pasal 1, di sinipun Iblis menantang Tuhan menjatuhkan Ayub, sebab ia yakin bahwa dengan demikian pastilah Ayub akan mengutuki Tuhan dan meninggalkan imannya. Lalu Tuhan menjawab “Nah, ia ada dalan kuasamu; hanya sayangkan nyawanya”. Menurut Alden Gannett, hal itu berarti pagar pelindungan tetap ada, meskipun makin dipersempit. Allah mengizinkan Iblis mencibai Ayub lebih banyak lagi, namun kendali tetap ada di tangan-Nya. Tuhan telah menyatakan tegas sayangkan Allah memperluas batas tindakan Iblis terhadap Ayub. Pada pasal 1, Iblis mencobai Ayub sebatas pada harta yang dimilikinya, tidak atas diri Ayub sendiri. 30 Ibid, 26. 31 Gannett, Pengertian Tentang Sakit Dan Penderitaan Dari Kitab Ayub, 10. Kini, pada pasal 2, Allah mengizinkan Iblis mencobai Ayub kembali atas dirinya 26. Iblis kembali menghampiri Ayub. Kali ini, Iblis menimpakan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya 27. Ayub sangat menderita kesakitan. Ia menggaruk-garuk badannya dengan sekeping beling, sambil duduk di tengah-tengah abu 28. Menurut David Atkinson, Ayub pergi ke tempat pengasingan penderita lepra, tempat pembuangan Alden Gannet, duduk di tengah abu merupakan lambang kesedihan yang amat sangat pada saat menantang Allah dengan menyatakan bahwa Ayub akan mengutuki Allah jika dicobai. Allah mengijinkan Iblis untuk mencobai Ayub. Dalam pengalaman Ayub, yang tiba-tiba diserang oleh orang-orang Syeba 115; kemiskinan yang amat ekstrim melalui lenyapnya unta dan kambing domba 116-17, kehilangan semua anaknya 119, dan kemudian penghinaan dalam perubahan status social—dari orang terkaya menjadi orang yang amat malang, miskin yang duduk di tengah-tengah abu sambil menggaruk-garuk badannya dengan sekeping beling. Ditambah penyakit barah yang busuk menyerang sekujur tubuhnya dari telapak 32 Atkinson, Ayub, 28. 33 Gannett, Pengertian Tentang Sakit Dan Penderitaan Dari Kitab Ayub, 11. Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019127Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlinekakinya sampai ke ubun-ubunnya 27-8. Sekali lagi, dakwaan Iblis adalah keliru. Terbukti di sini, bahwa Ayub tetap tekun dalam kesalehannya dan tidak mengutuki Allah seperti yang diduga oleh Iblis dan seperti yang ditunjukkan oleh istrinya. Kata mengutuki di sini “barakh” memiliki pengertian menghujat atau mengkhianati. Sikap keimaman yang dimiliki Ayub patut menjadi teladan bagi orang percaya saat menghadapi situasi yang serupa Ayub tanpa kehilangan iman apalagi menghujat dan mengkhianati Allah. 29-10 Reaksi istri Ayub Dalam ayat pasal 2 ini, istri Ayub tampil. Tetapi dalam pasal 1, istri Ayub tidak tampil tidak pernah disebut-sebut. Sekarang lingkup peristiwa itu diperluas, bukan hanya Ayub tapi juga lingkungan sosialnya. Keadaan yang begitu memprihatinkan ini, Ayub sungguh membutuhkan penghiburan. Sebaliknya, berkatalah istrinya,”Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” 29. Menurut Alden Gannet, ada dua kemungkinan yang mendorongnya mengucapkan kata-kata tersebut. Pertama, mungkin istri Ayub tidak sampai hati melihat suaminya demikian menderita badani setelah kehilangan segalanya. Kedua, kesedihannya yang amat sangat membuatnya putus asa. Tapi apa pun alasannya, tanpa disadari ia telah membantu Iblis mencelakakan suaminya sendiri. Mestinya ia berpegang teguh pada imannya dan menguatkan suaminya, bukannya membiarkan diri hanyut dalam Di dalam pasal 1 dan 2, tidak ada keterangan sama sekali bahwa istri Ayub mengetahui tentang percakapan Allah dan Iblis di balik semua peristiwa ini. Tapi mengherankan sekali bahwa ia juga menggunakan kata “kesalehan” seperti Allah ucapkan. Dan juga kata-kata yang diucapkan Iblis “Kutukilah Allah dan matilah” 29. Perkataan istrinya kepada Ayub sama seperti perkataan Iblis yang menghendaki Ayub mengutuki Allah band. 111; 25. Secara implisit, istri Ayub melihat apa yang terjadi adalah akibat dari perbuatan Allah. Istri Ayub mempertanyakan keadilan Allah. Sebaliknya, Ayub menegur istrinya,”Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” 210. Kini, Ayub bukan hanya kehilangan harta benda, 34 Ibid, 13. Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019128Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlineanak-anak dan kesehatannya, tapi juga dukungan dari istrinya. Ayub benar-benar sangat menderita dan terdesak, ia harus merekonstruksikan ulang tentang kesadarannya akan Allah selama ini yakin Allah memberkati orang saleh dan mencocokannya dengan keadannya itu. Kesadaran Ayub akan Allah yang selama ini benar-benar disorot. Dalam keadaan sangat kritis demikian, Ayub masih memiliki kesadaran akan Allah yang tinggi—dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya 210b. Jadi, Ayub dikatakan tidak berbuat dosa dengan bibirnya itu adalah dampak dari kesadaran akan Allah yang ada di dalam dirinya. 211-13 Akhir penderitaan Ayub dan kunjungan ketiga sahabatnya Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar tentang segala malapetaka yang menimpa dia, maka datanglah mereka dari tempatnya masing-masing, yakni Elifas, orang Teman, dan Bildad, orang Suah, serta Zofar, orang Naama. Mereka datang untuk mengucapkan belasungkawa kepadanya dan menghibur dia 211. David Atkinson menyatakan bahwa para sahabat Ayub menyatakan dukacita mereka dengan cara yang lazim pada zaman itu. Mereka menangis dengan suara nyaring, mengoyak jubah mereka dan menaburkan debu di kepala. Selama tujuh hari tujuh malam mereka duduk di tanah bersama Ayub tanpa mengucapkan sepatah kata pun karena mereka melihat bahwa sangat berat penderitaannya 213.35 Kunjungan ketiga sahabat Ayub tersebut menunjukkan suatu persahabatan sejati. Tali persahabatan mengikat mereka dengan Ayub kendati Ayub dalam penderitaan dan malapetaka. Mereka bertindak tepat dengan penuh keprihatinan yang terwujud dalam kehadiran mereka kendati tanpa bicara. Dengan berdiam mereka telah menyatakan sesuatu lebih dari apa yang dapat diungkapkan dengan kata-kata, karena tidak ada yang dapat dikatakan. Teologi Allah berdaulat atas segala sesuatu Allah berdaulat. Dalam Ayub 112 dan 26, dengan jelas dinyatakan bahwa Iblis tidak dapat berbuat apa-apa tanpa izin-Nya. Segala gerak-geriknya senantiasa di bawah pengawasan dan kendali-Nya. Setiap izin Tuhan itu selalu disertai suatu batas yang tertentu. Jika Tuhan membatasi kuasa Iblis yang hendak melakukan pencobaan terhadap Ayub, tentulah Tuhan 35 Atkinson, Ayub, 36. Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019129Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlinebertindak demikian juga terhadap Iblis yang akan melakukan pencobaan kepada orang percaya di segala zaman band. 1 Lasor, Hubbard dan Bush mengatakan demikian Iblis memperoleh izin masuk untuk mencobai Ayub, namun tunduk kepada kekuasaan-Nya yang tertinggi. Ayub 112 dan 26 ini menggambarkan kekuasaan Allah atas Iblis bahwa ia tidak dapat mencelakakan Ayub di luar batas-batas yang ditentukan-Nya 112;26.36Kepada orang yang mengikuti atau memegang hikmat tradisional, maka Kitab Ayub ini memperkenalkan Allah yang bebas baca berdaulat. Ia bebas mengizinkan ujian yang dilakukan oleh iblis dan tidak memberitahukan apa-apa tentang hal itu kepada orang yang diuji. Jadi, dengan sangat jelas bahwa Kitab Ayub ini menggambarkan Allah yang tidak terikat pada rancangan manusia atau pada pengertian manusia tentang diri-Nya. Apa yang Ia lakukan muncul dengan bebas dari kehendak-Nya dan sifat-Nya sendiri, tanpa pedoman yang harus disesuaikan-Nya. Perlu juga kita pahami bahwa di dalam kedaulatan Allah tersebut terkandung di dalamnya adalah hikmat 36 Lasor, Hubbrad, and Bush, Pengantar Perjanjian Lama, 140-141. atau kebijaksanan-Nya yang menerima semuanya dengan penuh iman. Hal ini menunjukkan bahwa iman Ayub bukan iman pasif, yang sekadar pasrah melainkan aktif menjalin hubungan pribadi dengan Allah. Kesadarannya akan Allah didasarkan kepada imannya yang teguh. Hal itu ditunjukkan Ayub dengan sujud menyembah Allah seraya berkata “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” 120-21. Semua peristiwa bukan kebetulan, tapi ada rencana Tuhan di dalamnya Inilah pengajaran sentral kitab Ayub bahwa hadirnya penderitaan itu karena diizinkan oleh Allah, yang di dalamnya terkandung rencana-Nya yang agung bagi umat-Nya. Penderitaan Ayub ini merupakan tipologi yang mengantar pada penderitaan Kristus. Dia menanggung penderitaan yang disebabkan oleh dosa manusia, bukan diri-Nya. Dikatakan George Eldon Ladd yang dikutip Sonny Zaluchu, bahwa kematian Yesus adalah sebuah penebusan manusia 37 Kalis Stevanus, “Analisis Pertanyaan Retorika Dalam Ayub 401-28,” DUNAMIS Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 2, no. 2 April 23, 2018 119, accessed April 7, 2019, 38 Sonny Zaluchu, “Penderitaan Kristus Sebagai Wujud Solidaritas Allah Kepada Manusia,” DUNAMIS Jurnal Penelitian Teologi dan Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019130Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlinemenyebabkan Allah menderita di dalam kasih-Nya dan kemurahan-Nya. Maka dalam rangka itu, Allah membuat Gods Grand Design dan salib adalah Inilah kedaulatan Allah atas ciptaan-Nya, termasuk berdaulat atas umat-Nya. Walaupun Iblis ingin menghancurkan manusia dan menjelekkan nama Tuhan, namun Dia adalah Tuhan yang lebih berkuasa—sebab Ia adalah Yang Mahakuasa, di mana maksud rencana-Nya atas umat-Nya tidak pernah dapat digagalkan oleh Iblis band. 425. Patutlah kita bersyukur sebab kita memiliki Kristus yang turut menderita melalui Salib sebagai bagian dari rencana Tuhan atas umat manusia. Pengalaman ini semestinya menimbulkan sebuah refleksi bagi orang Kristen, jika mau mengikut Kristus haruslah bersedia memikul salib, yaitu menderita karena nama-Nya, karena kebenaran. Sebenarnya Tuhan sangat mampu melindungi umat-Nya supaya tidak mengalami penderitaan 110. Tetapi Ia lebih fokus untuk melindungi karakter umat-Nya daripada melindungi apa pun juga. Tentu perlindungan-Nya sesuai dengan kedaulatan Tuhan, untuk kebaikan umat-Nya menurut pandangan-Nya. Pendidikan Kristiani 2, no. 1 November 4, 2017 61, accessed April 7, 2019, 39 Ibid. Di sinilah persoalannya, jika kesulitan hidup itu merupakan didikan Tuhan, bagaimana sikap orang percaya? Jika orang percaya menganggap berbagai macam peristiwa baca kesulitan hidup yang menimpa dirinya itu hanyalah kebetulan’ belaka, ia tentu akan menghadapinya dengan sikap tertentu. Sebaliknya, bila ia menyadari bahwa semua itu adalah didikan Tuhan, yang di dalamnya ada maksud rencana Tuhan, sikapnya pasti akan berbeda pula. Dari Kitab Ayub ini, orang percaya tidak boleh berkata dengan sembarangan bahwa perkara-perkara baca kesulitan hidup itu terjadi secara kebetulan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua peristiwa yang menimpa dalam kehidupan orang percaya, bukan kebetulan, namun ada rencana Tuhan di dalamnya. Baxter berkata “Karena Iblis tidak dapat berbuat apapun jika Tuhan tidak mengizinkannya, maka perbuatan Iblis itu dipakai-Nya untuk mendatangkan kebajikan justru bagi orang-orang yang hendak dibinasakan oleh Iblis itu.”40Pentingnya melakukan refleksi diri 1 20-21 “Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur 40 Baxter, Menggali Isi Alkitab 2 Ayub s/d Maleakhi, 29. Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019131Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlinekepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanyaDengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Ayub menyatakan kesadarannya akan segala keberadaan materi adalah dari pemberian Tuhan. Dia menyadari bahwa ia telanjang keluar dari kandungan ibunya, tidak membawa sesuatu pun. Tuhanlah yang memberi segala yang dia miliki. Jadi Tuhanlah yang mempercayakan semua harta dan keluarga yang dimilikinya. Keyakinan itulah yang membuat Ayub menjadi sadar, bahwa tidak ada hak yang dimilikinya untuk mempertahankan semuanya itu. Dengan kata lain, Ayub hendak mengatakan bahwa Tuhanlah yang memiliki hak untuk mengambil kembali apa yang pernah diberikan-Nya kepadanya, dengan banyak cara. Kesadaran itu timbul dari diri Ayub, sebagai dampak dari kesadarannya akan Allah. Selanjutnya dikatakan di dalam Ayub 122 dan juga Ayub 210 ”Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.” Hal ini membuktikan karakter Ayub yang tidak menyalahkan Tuhan karena kondisi yang dialaminya saat itu. Karakter tersebut muncul karena pada dasarnya Ayub sangat menghargai kedaulatan Tuhan atas semua yang dia miliki. Pernyataan atau ungkapan Ayub “tidak berdosa” dengan bibirnya dapat disimpulkan bahwa selama dalam kondisinya yang sulit, Ayub tidak pernah melakukan yang hal tidak benar dalam arti mengutuk Allah seperti yang diharapkan oleh Iblis dan juga istrinya 111; 25,9. Kemudian ditegaskan lagi dalam kata hubung “dan” bahwa Ayub tidak pernah menuduh Allah melakukan yang kurang patut. Karakter Ayub yang teruji membuat dia mampu menjaga hidupnya tetap benar di hadapan Allah dalam kondisi terberat sekalipun. Melalui perenungan diri, Ayub dapat menerima semua hal yang terjadi dengan sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada kedaulatan Tuhan. Sikap tersebut selaras dengan pengajaran Yesus di bukit tentang kebahagiaan orang yang bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, atau yang dikatakan sebagai miskin di hadapan Sikap tersebut selain akan dapat memuliakan Tuhan juga membawa anugerah Kerajaan Allah kepada orang tersebut. 41 Ruwi Hastuti, “Makna Ucapan Bahagia Dalam Injil Matius 51-12,” Jurnal Antusias 2, no. 3 May 1, 2013 16–26, accessed March 21, 2018, Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019132Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlinePentingnya sikap penyerahan diri, tidak menjadi putus asa ketika dalam kesulitan hidup 210 Nampak penyerahan diri Ayub melalui pernyataannya kepada istrinya “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” 210. Ayub telah mengalami kedukaan dan penderitaan yang sangat ekstrim, tetapi dalam kesemuanya itu Ayub memilih sikap penyerahan diri kepada kedaulatan Allah. Semua penderitaannya tidak melunturkan imannya, sebaliknya justru mengalami kesadaran akan Allah yang lebih dalam lagi. Penderitaan juga selalu dikaitkan dengan Tuhan baik langsung maupun tidak langsung. Keadaan ini juga dapat membawa manusia untuk semakin menerima atau memberontak atau menuduh Tuhan berbuat yang kurang patut. Itu dipengaruhi oleh kesadaran diri seseorang akan Allah. Kesadaran akan Allah akan menentukan cara seseorang memandang hidup yang terlihat dalam perilaku maupun tindakannya. Orang yang memiliki kesadaran akan Allah yang tinggi dapat mengendalikan dirinya untuk tidak mempersalahkan Tuhan, sehingga persoalan hidup tidak menjadi penghalang untuk menemukan Allah di dalam kesadarannya. Pengenalannya akan Allah menjadikan Ayub lebih kuat dan mampu bertahan dengan penyerahan diri kepada Allah. Mengutip Bartolomeus Wahyu Kurni,42 Ayub dalam menghadapi penderitaan tidak sampai pada sikap penolakan Allah seperti ditunjukkan istrinya. Itulah sebabnya, penting bagi orang percaya untuk memiliki pengenalan akan Allah. Dari proses pengenalan akan Tuhan tersebut akan menemukan perspektif ilahi yang berasal dari hubungan pribadinya dengan Tuhan, lalu mengarahkan pandangannya untuk bisa memahami permasalahan yang dialaminya sehingga dapat merenungkannya refleksi diri. Ayub tidak bersikap destruktif tetapi memberi tempat bagi Tuhan—berserah diri dengan kooperatif dengan-Nya di dalam membentuk dirinya. Itulah yang menjadi sumber kekuatan yang menjadikan Ayub tidak putus asa dalam menghadapi penderitaannya. Ayub memperlihatkan kepada orang percaya masa kini bahwa sikap putus asa adalah keliru. Karena itu, orang percaya tidak boleh berputus asa ketika dalam permasalahan seberat apapun. Teladanilah Ayub seperti yang dinasihatkan oleh Yakobus “Saudara-saudara, turutilah 42 Kurniadi, “Inspirasi Kisah Ayub Bagi Seorang Katolik Dalam Menghadapi Penderitaan.” Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019133Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlineteladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan” KESIMPULAN Melalui analisis naratif terhadap Ayub 1-2 dapat disimpulkan bahwa dalam penderitaan orang beriman perlu menyadari bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatunya, bahwa tidak ada sesuatupun yang terjadi di luar izin Allah. Segala sesuatu juga tidak terjadi secara kebetulan, tetapi semuanya sudah dalam rencana Allah. Oleh sebab itu pada saat mengalami penderitaan, orang percaya penting untuk melalukan perenungan dan penyerahan diri kepada Allah. Ketika orang percaya memiliki kesadaran akan Allah dalam penderitaan, maka ia tidak akan menjadi putus PUSTAKA Atkinson, David. Ayub. Jakarta Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Baxter, J. Sidlow. Menggali Isi Alkitab 2 Ayub s/d Maleakhi. Jakarta Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1989. Bullock, C. Hassell. Kitab-Kitab Puisi Dalam Perjanjian Lama. Malang Gandum Mas, 2003. Djogo, Emanuel. “Tinjauan Permasalahan Teodise Kitab Ayub Dan Relevansinya Terhadap Penderita HIV/AIDS.” MELINTAS 33, no. 3 2017 342–369. Accessed April 5, 2019. Drane, John. Memahami Perjanjian Lama 1. Jakarta Persekutuan Pembaca Alkitab, 2009. Dyrness, William. Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama. Malang Gandum Mas, 1992. Gannett, Alden A. Pengertian Tentang Sakit Dan Penderitaan Dari Kitab Ayub. Jepara Silas Press, Hastuti, Ruwi. “Makna Ucapan Bahagia Dalam Injil Matius 51-12.” Jurnal Antusias 2, no. 3 May 1, 2013 16–26. Accessed March 21, 2018. Hidayat, Elvin Atmaja. “Iman Di Tengah Penderitaan Suatu Inspirasi Teologis-Biblis Kristiani.” MELINTAS 32, no. 3 September 6, 2017 285. Accessed April 5, 2019. Kurniadi, Bartholomeus Wahyu. “Inspirasi Kisah Ayub Bagi Seorang Katolik Dalam Menghadapi Penderitaan.” MELINTAS 31, no. 1 July 22, 2015 47. Accessed April 5, 2019. Larosa, Arliyanus. Belajar Dari Kitab Ayub Tegar Dalam Penderitaan. Bandung Kalam Hidup, 1997. Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 3, No. 2, April 2019134Copyright© 2019, Dunamis, ISSN 2541-3937 print, 2541-3945 onlineLasor, Hubbrad, and Bush. Pengantar Perjanjian Lama. Jakarta BPK Gunung Mulia, 2015. Longman III, Temper. Job. Grand Rapids Baker Academic, 2012. Maiaweng, Peniel Christina Ukung, and Christina Ukung. “Apakah Rut, Perempuan Moab Adalah Penyembah TUHAN?” Jurnal Jaffray 16, no. 2 October 3, 2018 161. Accessed April 5, 2019. Stevanus, Kalis. “Analisis Pertanyaan Retorika Dalam Ayub 401-28.” DUNAMIS Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 2, no. 2 April 23, 2018 119. Accessed April 7, 2019. Tarmedi, P. A. Didi. “Analisis Naratif Sebuah Metode Kristiani Hermeneutika Kitab Suci.” MELINTAS 29, no. 3 July 14, 2014 331–360. Accessed February 25, 2018. Zaluchu, Sonny. “Penderitaan Kristus Sebagai Wujud Solidaritas Allah Kepada Manusia.” DUNAMIS Jurnal Penelitian Teologi dan Pendidikan Kristiani 2, no. 1 November 4, 2017 61. Accessed April 7, 2019. Hana RoriThe Covid-19 pandemic crisis in various areas of life cannot be denied. Various ways by the government and community organization to remain resistant continue to be implemented. This paper aims to interpret the book of Job 47-17 using the method of narrative criticism. Explore the meaning in it and integrate it during a pandemic. The result found is that recovery is a part of life after experiencing suffering. The attitude of helping each other during a pandemic is needed for recovery-restoration, like the story of Job who was helped by the surrounding environment. Recovery cannot be separated from acceptance as well as release. Accepting the understanding that suffering is not only a bad part of life but has an overall positive impact on life. This study also discusses the importance of respecting nature as part of God's creation, so that nature does not fight back, because nature and humans are equal according to God's wisdom. This study suggests further research, especially the study of reader responses regarding the story of Job during the pandemi Covid-19 terhadap berbagai bidang kehidupan tidak dapat disangkal. Berbagai cara pemerintah maupun organisasi masyarakat untuk tetap resistan terus dilaksanakan. Tulisan ini bertujuan untuk menafsir kitab Ayub 47-17 menggunakan metode kritik naratif. Menggali makna di dalamnya serta memadukannya di masa pandemi. Hasil yang ditemui adalah pemulihan merupakan bagian kehidupan setelah mengalami penderitaan. Sikap saling tolong menolong di masa pandemi diperlukan untuk pemulihan seperti kisah Ayub yang dibantu oleh lingkungan sekitarnya. Pemulihan tidak lepas dari penerimaan juga pelepasan. Menerima pemahaman derita bukan hanya bagian buruk kehidupan tapi memberikan dampak positif secara keseluruhan di dalam kehidupan. Penelitian ini juga membahas pentingnya menghargai alam sebagai bagian ciptaan Tuhan, agar alam tidak melawan balik, karena alam dan manusia setara menurut hikmat Tuhan. Penelitian ini menyarankan penelitian lanjutan khususnya kajian respon pembaca mengenai kisah Ayub di masa AnggrainiDicky DominggusAyub merupakan gambaran orang saleh yang mengalami penderitaan. Dalam penderitaannya, Ayub juga mendapat tuduhan dari sahabat-sahabatnya bahwa ia melakukan dosa sehingga Allah memberikan penderitaan kepadanya. Bildad merupakan salah satu dari sahabatnya yang memberikan teguran keras agar Ayub bertobat dan mencari belas kasihan Allah. Dalam mencapai tujuan, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah historikal gramatikal. Teguran Bildad didasari oleh pemahaman tradisi kuno bahwa Penderitaan dan dosa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Begitu juga dengan dua sahabat lainnya Elifas dan Zofar yang lebih melihat penderitaan Ayub sebagai konsekuensi dari dosa yang ia lakukan. Berbeda dengan Ayub yang memiliki konsep Allah sebagai pribadi yang kreatif dengan karya-karyaNya dan berdaulat penuh dalam kehidupan manusia. Perbedaan inilah yang menjadi dasar dari dialog panjang antara Ayub dengan Maryam Yvonny NainupuIn its continuity to distinguish true faith and false faith in the christian life is not an easy thing to do. Therefore there needs to be a test of faith to prove the authenticity of one's faith. This study uses the biblical text's exposition approach to Matthew 1336-43 by looking at the background and finding the meaning of the text. Researchers also use interpretations to get a clearer meaning and then the results are presented by describing what tests are effective in proving the authenticity of one's faith . The test is through hardship and fun. Whether in adversity one still believes and worships God and whether in pleasure one does not forget GodFirman PanjaitanNovi Aling PurbaGod's justice and righteousness are central themes in living life. A life filled with God's justice and righteousness will bring happiness and prosperity. Therefore, God's justice and truth need to be dialogued so that a life filled with prosperity will be realized in real terms. However, it must be admitted that God's justice and truth are not easy to understand, therefore efforts are needed to continue to seek and find God so that humans can feel and realize God's justice and truth in life. The difficulty of understanding God's justice and righteousness is evident in the events of Job's suffering. Many opi-nions, based on an understanding of the theology of retribution, want to show that Job's suffering occurred because of Job's sinfulness. But actually, the incident of Job is a real example of God trying to dialogue His justice and truth with humans. By using a qualitative method that is realized in the form of a literature approach, this article would like to reveal that the incident of Job's suffering is God's way to invite people to be more submissive and enter into the continuous search for God. God's justice and truth need to be dialogued continuously so that humans understand God more correctly. AbstrakKeadilan dan kebenaran Allah merupakan salah satu tema sentral dalam menjalani kehidupan. Kehidupan yang dipenuhi keadilan dan kebenaran Allah akan mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan. Oleh sebab itu keadilan dan kebenaran Allah perlu untuk didialogkan agar kehidupan yang dipenuhi dengan kesejahteraan akan terwujud secara nyata. Namun harus diakui bahwa keadilan dan kebenaran Allah tidaklah mudah untuk dipahami, karena itu dibutuhkan upaya untuk terus mencari dan menemukan Allah agar manusia dapat merasakan sekaligus mewujudnyatakan keadilan dan kebenaran Allah itu di dalam kehidupan. Sulitnya memahami keadilan dan kebenaran Allah tampak dalam peristiwa penderitaan Ayub. Banyak pendapat, dengan didasarkan pada pemahaman teologi retribusi, hendak menunjukkan bahwa penderitaan Ayub terjadi karena keberdosaan Ayub. Namun sebenarnya peristiwa Ayub merupakan contoh nyata dari Allah yang berupaya mendialogkan keadilan dan kebenaran-Nya kepada manusia. Dengan menggunakan metode kualitatif yang diwujudkan dalam bentuk pendekatan literatur, artikel ini hendak mengungkap bahwa peristiwa penderitaan Ayub merupakan cara Allah untuk mengajak manusia semakin tunduk dan masuk dalam upaya pencarian Allah dengan terus menerus. Keadilan dan kebenaran Allah perlu untuk didialogkan terus menerus, agar manusia semakin memahami Allah dengan SimarmataTri PrasetyaThe parable of Lazarus and the rich man provides information for today's believers so that they can respond to everything well, especially those that are directly related to the salvation of eternal life. So that this research can provide meaning for narrative analysis for readers. Using the descriptive method of narrative criticism, it can be concluded that the first is that the narrative about Lazarus and the Rich Man provides an illustration for believers that luxury and abundance do not guarantee someone will receive salvation from God. second is absolute salvation only in the proclamation of Jesus Christ, who accepts and believes to be with Him forever. The third is that while living in this mortal world, have a love for many people as Jesus was willing to empty himself to take on the form of a human just to save all those who believe in Him. AbstrakPerumpamaan tokoh lazarus dan orang kaya memberikan informasi bagi orang percaya masa kini agar dapat menyikapi segala sesuatu dengan baik, apalagi yang berkaitan langsung dengan keselamatan hidup kekal. Sehingga penelitian ini dapat memberikan makna bagi analisi narativ bagi para pembaca. Mengunakan metode dekritif kritik naratif maka dapat disimpulkan bahwa pertama adalah dari narasi tentang Lazarus dan orang kaya memberikan gambaran bagi orang percaya bahwa kemewahan dan kelimpahan tidak menjamin seseorang menerima keselamatan yang dari Allah. kedua adalah keselamatan mutlak hanya ada di dalam pemberitaan tentang Yesus Kristus, yang menerima dan percaya akan bersama dengan Dia selama-lamanya. Ketiga adalah selama hidup dalam dunia yang fana ini, milikilah kasih kepada banyak orang sebagaimana Yesus rela mengosongkan dirinya untuk mengambil rupa menjadi manusia hanya untuk menyelamatkan semua orang yang percaya NggebuThe purpose of this article is to highlight God's patience with Job. That even though God was misunderstood by both Job and his friends, God still showed his unwavering image-as a long-patient and loving figure. That’s way I’m interested to explore God's patience to respond to Job's complaints towards God. At first, God seems withdrawn Himself from his life. After studied Jobs’ text, I learn that God's patience towards Job from his story shouldn’t be missed, we need to studying more specifically. From Job, we as God’s followers able to truly understand God's patience with Job then this precious truth becomes a strength to hold on to when we are facing hardship in this life. When Job places the sovereign of God between himself and the trials so he was protected from outside attacks through the arguments of his three egocentric companions who tend to accuse and judgemental over Job. From Job's narrative of his suffering, it appears that although his life is so threatening, God never breaks in His promise exactly the same as what he believes about God's faithfulness. God is righteous, patient, and full of affection to Job in every season he faces. God is Yahweh in charge of restoring Jobs' life, and that He is also God sovereign over His people all the Tumarar Yosua Feliciano CamerlingThe purpose of this study is to show that God as a person desires a close relationship with His created people. The writing method in this study uses a qualitative approach. Then the writing technique used in this research is literature study so that it can show the desire of God's heart for intimacy with Him. The results of this study show that in Christianity, God gives and provides access for Himself through Jesus Christ – so that everyone can believe freely in His coming. God wants His people to enjoy Himself and God is looking for people who want to have a close relationship with Him through the life of Jesus in them. AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Allah sebagai pribadi menginginkan sebuah hubungan yang akrab dengan umat ciptaan-Nya. Adapun metode penulisan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kemudian teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan sehingga dapat menunjukkan inti dari keinginan hati Allah untuk sebuah keakraban bersama-Nya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kekristenan, Allah memberikan dan menyediakan akses bagi diri-Nya melalui Yesus Kristus – sehingga setiap orang percaya bisa dengan bebas datang kepada-Nya. Allah ingin umat-Nya dapat menikmati diri-Nya dan Allah mencari orang-orang yang ingin memiliki hubungan akrab dengan-Nya melalui kehidupan Yesus yang ada di dalam Wisnu DewantaraSuffering is the reality of religious people, so suffering is an important theme of almost all religions. The negativity and depression involved with suffering invite religions to discuss it. Suffering is the constitutive reality of all humans. All human beings must suffer, but their faith makes them have a different perspective in reacting to it. This paper wishes to examine the theme of suffering in hermeneutic and phenomenology studies. The research model used in this paper is a qualitative model with as much as possible using hermeneutics by comparing several texts and understanding about suffering. The expected goal of deepening this theme is to find a more comprehensive understanding of suffering as a believer, and finally be able to unite spiritual suffering in the light of God. Life is not to suffer and die silly. Life is also not filled with the solitude of suffering merely, because clearly God created man not to make him suffer. Suffering is not sent to destroy the righteous, but it is suffering that will purify the righteous even more. Suffering is the reality of religious people, so suffering is an important theme of almost all religions Kalis StevanusThe Bible records many texts dealing with the subject of healing the body. This study uses a literature approach by digging sources from journal articles and books and then analyzing them using the Bible to produce in-depth and comprehensive theological conclusions. The conclusion of this study shows that healing of the body can occur through natural healing, medical healing, and divine healing miracles or miracles. The implication is theological; Christians may believe that miracle healing still exists and can pray to God so that healing that comes from Him can be experienced now. And the practical implication is that Christians must still be responsible for taking care of their bodies' health proportionally because their bodies are the temple of DjogoSuffering is not by any means a new phenomenon for human beings. Human and suffering are of one reality in life throughout the world. In the light of religious views, the phenomenon of suffering inexplicitly affirms the position of God as central within human life. Job’s suffering in the Christian Scriptures was narrated to contradict directly the ancient laws of retribution in the Old Testament tradition. The Author of the Book of Job seems to insinuate that suffering is not so much an effect of sin as a mystery of God. God is not the cause of suffering. Job’s misfortune draws the attention of his friends who speak in line with the tradition that it is caused by his own sinfulness and to which God has rightly vindicated. Their discussions on sin and suffering did not reach an agreement, however, to the point that eventually God must conclude the debate. The issue of unresolved suffering could properly be related to the distressed victims of HIV/AIDS. This association is intended to recommend the appropriate disposition and approaches to individuals with HIV/AIDS and those who are considered victims’ of the illness, since they have been infected indirectly. Peniel C. D. MaiawengChristina UkungRuth's statement to Naomi that "your people are my people and your God my God" 116-17 has raised questions about the consistency of Ruth living the words she had spoken. Is Ruth a worshiper of the Lord? This is an important question because there is no information in Ruth about the word that Ruth received directly to go to Bethlehem-Judah; there was no word to Ruth to work in Boaz's field; there was no word to Naomi to plan the meeting between Ruth and Boaz at night at Boaz's threshing floor; and there was no word directly to Boaz to take Ruth as his wife. But according to the book of Ruth and other books in the OT and NT, it can be proved that Ruth the woman of Moab, widow, left her parents and gods, went with Naomi, her mother-in-law to Bethlehem-Judah, lived as a stranger, and worked to fulfill her needs and his father-in-law is a worshiper of the Lord. The existence of Ruth as a worshiper of the Lord was realized through her words and attitude of life. Kalis StevanusThe purpose of the analysis of the rhetorical question in Job 40 1-28 is to look at theological and practical implications. Theologically 1 Everything under God's control. Including Job with all the agonizing suffering he experienced remained under God's control; 2 Keep believing in God even if you do not feel His physical presence; 3 Behind the suffering of the righteous man is the divine will of God. God never allows anything to happen to believers, without God's purpose in it. In suffering there is God's gracious will, in God's will, there is His grace. So believers can reach His great purpose and plan. Practically 1 God is big, strong and we are small, weak. Let believers keep giving thanks to God even in suffering, then pray ask to God for strengthening us when we face the tests of faith; 2 Live honestly and humbly. Do not despise or judge a person for not having the spiritual experience that Ayub once experienced. For the Lord opposes the proud and the pity of the humble; 3 Rely completely on God. In both temptation and suffering, there is nothing better that believers can do than always depend entirely on God. Abstrak. Tujuan analisis pertanyaan retorika dalam Ayub 401-28 ini adalah untuk melihat implikasi teologis dan praktis. Secara teologis 1 Segala sesuatu di bawah penguasaan dan kendali Tuhan. Termasuk juga Ayub dengan segala penderitaan berat yang dialaminya tetap berada di bawah penguasaan dan kendali Tuhan; 2 Tetaplah percaya pada Tuhan walau tidak merasakan kehadiran-Nya secara fisik ; 3 Di balik penderitaan orang saleh terkandung kehendak Allah yang rahmani. Tuhan tidak pernah mengizinkan sesuatu menimpa orang percaya, tanpa maksud Tuhan di dalamnya. Di dalam penderitaan ada kehendak Tuhan yang rahmani, di dalam kehendak Tuhan ada anugerah-Nya, sehingga orang percaya bisa mencapai maksud dan rencana-Nya yang agung. Secara praktis 1 Tuhan itu besar, kuat dan manusia kecil, lemah. Hendaklah orang percaya tetap bersyukur kepada Tuhan sekalipun dalam penderitaan dan berdoalah mintalah kepada Tuhan agar Ia menguatkan saat-saat menghadapi ujian-ujian iman; 2 Hiduplah jujur dan rendah hati. Janganlah memandang rendah atau menghakimi seseorang karena tidak memiliki pengalaman rohani seperti yang dialaminya. Sebab Tuhan menentang orang sombong dan mengasihani orang yang rendah hati; 3 Bergantunglah sepenuhnya kepada Allah. Dalam pencobaan maupun penderitaan, tidak ada yang lebih baik yang dapat dilakukan orang percaya selain bergantung sepenuhnya kepada Allah. Sonny ZaluchuThis article is a contemporary theology study about an idea of suffering God. Although there were some notion of suffering God in the church history, yet this remain important to be reconstructed today’s in considering the suffering of believers nowadays. This article is a literature research using methodology with qualitative approach, considered developing phenomenons surrounded churches, and analyzed it with biblical reflection of an idea of God’s suffered. As the conclusion, with biblical and theological phenomenon analysing, the suffered of Christ must be understood from a big God’s plan upon human being. Abstrak Tulisan ini merupakan sebuah kajian Teologi Kontemporer tentang ide Allah yang menderita. Walaupun ada banyak pendapat atau pemikiran teologis tentang Allah yang menderita di sepanjang sejarah gereja, namun ide ini tetap penting untuk dikaji kembali pada masa kini, dengan mempertimbangkan konteks penderitaan orang percaya di masa kini. Penelitian ini merupakan literasi dengan menggunakan metode pendekatan yang bersifat kualitatif, mempertimbangkan fenomena yang berkembang di sekitar gereja, dan menganalisisnya dengan pendekatan refleksi biblikal atas ide Allah yang menderita tersebut. Pada akhirnya, melalui analisis biblikal dan fenomena teologis, maka penderitaan Kristus harus dipahami dari sebuah rancangan Allah yang besar atas Atmaja HidayatSuffering is a reality experienced by every human being as an integral part of their life. As part of one’s life, suffering is inevitable. Some people whose faith in the benevolent God has been shaken by their worst suffering ask the question “Why does not God eliminate suffering if He is gracious and omnipotent?” This article sheds light on the problem of suffering using the Scriptures and theology, to find the different meanings behind it. From the biblical perspective, it will explore a number of meanings of suffering that essentially assert how suffering also serves to bring goodness to human life. These meanings are then complemented with a theological perspective which is based on the three aspects of soteriology, ecclesiology, and eschatology. Through this exploration, Christians are invited to “make peace” with their suffering by way of finding its different meanings. Suffering as a gift’ might help the believers embrace life in its fullness and accept their being human. The concept of God as the Loving Father’ could also help them find strength in facing suffering and grow in their faith as God’s Wahyu KurniadiJob lives as a righteous man before God and he is one of the good models of believer. The Scripture tells about his experiences of severe and extreme sufferings. His wealth is lost, his children die, and he becomes painfully ill. His friends accuse him of being a sinner and they even avoid him. His wife tends to do the same as his friends do. Job is afflicted and lonely in his suffering. But Job responds to his suffering by an attitude of faith. Suffering is interpreted as a way to know and understand more his God. Suffering cannot be comprehended by interpretation, but should be responded by faith. Job walks through the mystery of suffering not merely with critical and rational thought, but eventually with a confession of faith, “I know that you can do all things” Job 422a. But this is yet a rational’ knowing that needs further decision in faith to accept every suffering as part of life in God. It is this decision to respond to suffering that makes the difference to the character of faith as experience, that is, the courage of being religious rather than simply of having a religion.
Modul ALLAH BAPA | Sesi: 9 | Tingkat: KATEKUMEN . MULAI KURSUS. GRATIS; 365 Hari; Katekumen; Lencana Kursus; Jumlah Bab10; Jumlah Unit29; Review Kursus4.9
Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. Ayub 120-22 Ketika dilanda oleh suatu musibah yang besar, tidak sedikit orang yang akan meninggikan diri di hadapan Allah dan memberontak, mengutuk, bahkan meninggalkan Dia. Tidak demikian dengan Ayub. Sekalipun Ayub dilanda oleh musibah yang begitu besar, yang mungkin tidak pernah dialami oleh siapapun di dunia ini, ia tidak menghujat Allah atau menuduh Allah berbuat yang tidak patut Ayub 122. Ia merendahkan diri di hadapan-Nya, bersujud, bahkan menyembah Allah. Inilah karakter yang digambarkan oleh Alkitab sebagai pribadi yang saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan Ayub 11. Inilah yang Yakobus maksud sebagai teladan ketekunan Yakobus 511. Demikianlah karakter orang-orang yang telah dipilih oleh Allah menurut rencana-Nya untuk menjadikan mereka serupa dengan gambaran Tuhan Yesus Kristus Roma 828-29. Merekalah orang-orang yang pada akhirnya akan melihat mujizat. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Roma 828-29
AllahSWT sudah dengan tegas melarang kita mengangkat atau menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin. Firman Allah SWT: “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin (pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa yang berbuat demikian niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah.” (QS 3: 28
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۖ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلَّا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. Dzat yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini! Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Sesungguhnya Rabb kalian ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari dari hari-hari dunia, artinya dalam masa yang perkiraannya sama dengan enam hari karena sesungguhnya pada masa itu belum ada matahari dan bulan. Akan tetapi seandainya Allah berkehendak, maka Dia dapat menciptakannya dalam sekejap mata. Allah swt, tidak memakai cara tersebut dimaksud untuk memberikan pelajaran kepada makhluk-Nya tentang ketekunan dan kesabaran di dalam bertindak kemudian Dia bersemayam di atas Arsy bersemayamnya Allah disesuaikan dengan keagungan sifat-Nya untuk mengatur segala urusan di antara makhluk-makhluk-Nya Tiada seorang pun huruf min merupakan shilah atau penghubung yang dapat memberikan syafaat kepada seseorang kecuali sesudah ada keizinan-Nya ayat ini merupakan sanggahan terhadap perkataan orang-orang kafir yang menyatakan bahwa berhala-berhala mereka dapat memberikan syafaat kepada diri mereka. Zat yang demikian itulah yaitu yang menciptakan dan yang mengatur Allah, Rabb kalian, maka sembahlah Dia artinya tauhidkanlah Dia. Maka apakah kalian tidak mengambil pelajaran? lafal tadzakkaruuna asalnya tatadzakkaruuna, kemudian huruf ta yang kedua diidgamkan ke dalam huruf dzal asal kalimat, maka jadilah tadzakkaruuna. Sesungguhnya Tuhan kalian, wahai manusia, adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di dalamnya dalam waktu enam hari1. Tidak ada yang mengetahui panjangnya enam hari itu kecuali Allah. Kemudian hanya Dialah-dengan keagungan kekuasaan-Nya-yang menguasai dan mengurus hal ihwal makhluk-makhluk-Nya. Tidak ada seorang pun yang memiliki kekuasaan atas sesuatu bersama Allah dan tidak ada seorang pun dari makhluk-Nya yang dapat memberi syafaat kepada orang lain, kecuali dengan izin-Nya. Itulah Allah, Sang Pencipta. Dialah Tuhan yang mengendalikan nikmat untuk kalian, maka sembahlah Dia semata, benarkanlah Rasul-Nya, dan berimanlah kepada kitab suci-Nya. Hendaklah kalian mengingat nikmat Allah dan merenungi ayat-ayat yang menunjukkan keesaan-Nya. 1 Allah menciptakan alam semesta dengan segala isinya dalam enam tahapan. Setiap tahapan itu terdiri atas rentang waktu yang cukup panjang. Tahapan-tahapan yang disebutkan sebagai enam hari itu merupakan tahap penundukan matahari, bulan dan bintang- bintang untuk keperluan manusia. Termasuk dalam tahapan itu juga adalah pergantian siang dan malam dan timbulnya siang menggantikan kegelapan cakrawala. Disebutnya kata "malam" sebelum kata "siang" disebabkan karena kegelapan merupakan asal dan pangkal. Sedangkan siang timbul akibat tersebarnya sinar matahari pada lapisan udara bumi yang berotasi dan juga karena radiasi matahari. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir
\n\n \n allah yang memberi allah yang mengambil
HIDUPKATOLIKCOM - Minggu, 12 Juni 2022 Hari Raya Tritunggal Mahakudus, Ams.8:22-31; Mzm.8:4-5, 6-7, 8-9; Rm.5:1-5; Yoh.16:12-15 PADA hari Minggu sesudah Hari Raya Pentakosta, kita merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Pada hari ini kita merayakan pokok utama iman kepercayaan kita. Kita mengimani Allah sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Kita
Bahan Alkitab Ayub 11-22 21-10 6 mencarinya di dalam rumah. Ia pun tidak ada. Di halaman sekitar rumah, juga tidak ada. Ibumu memberi tahu bahwa anjing kesayanganmu itu tertabrak mobil, dan tidak bisa ditolong lagi. Anjing kesayanganmu itu tergeletak, tidak bernyawa lagi. Teman bermainmu itu sudah mati. Sambutan girang yang biasa kamu dapatkan setiap pulang sekolah tidak akan pernah kamu temui lagi untuk selamanya. Diskusikanlah! Sekarang, diskusikanlah dengan teman sebangkumu pertanyaan berikut ini! 1. Bagaimana perasaanmu ketika mengetahui anjing kesayanganmu itu sudah tidak bernyawa lagi? 2. Dapatkah kamu membuat anjing itu hidup kembali? Mengapa demikian? Setelah berbagi perasaan dan berdiskusi dengan teman sebangkumu, jawablah pertanyaan berikut ini! 1. Pernahkah kamu merasa sedih, kecewa atau mengalami penderitaan yang sangat berat? Ceritakan pengalamanmu ketika menghadapi peristiwa tersebut! 2. Apakah kamu membutuhkan pertolongan Allah ketika menghadapi peristiwa tersebut? Mengapa kamu membutuhkan pertolongan Allah? Gambar Anjing kesayangan tidak bernyawa lagi. B. Mendalami Alkitab Baca dan simaklah kisah Ayub berikut ini! Ayub adalah orang yang berbudi luhur dan sangat kaya. Ayub tinggal di Kota Us. Ia dan istrinya mempunyai tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Ayub selalu berdoa untuk keluarganya. Ayub adalah orang yang paling kaya dan terkemuka di negeri itu. Coba pikirkan, kambing dombanya tujuh ribu ekor, untanya tiga ribu, lembu seribu, dan keledai betina lima ratus ekor. Tidak hanya itu, Ayub memiliki beratus-ratus pembantu laki-laki dan perempuan. Ia sungguh kaya. Meskipun begitu, ia tidak sombong. Ia sangat baik dan murah hati. Ia suka menolong orang-orang miskin yang datang kepadanya. Ayub bahagia karena ia mengasihi Allah. Ia tahu dan sadar bahwa semua kekayaannya datang dari Allah. Ia tahu bahwa ia akan aman bergantung kepada Allah. Allah selalu menjaga dia sebab itu ia sangat berterima kasih. Ayub sungguh saleh dan jujur. Ia takut akan Allah dan selalu menjauhi perbuatan jahat. Bahkan, Ayub rajin berdoa memohon ampun kepada Allah jika anak-anaknya melakukan kesalahan dan berbuat dosa. Suatu ketika Iblis mengatakan kepada Allah bahwa Ayub mengasihi Allah karena ia diberi kekayaan dan hidupnya mulus. Allah yakin akan kesetiaan Ayub kepada-Nya. Maka, Allah mengizinkan Iblis mengambil semua berkat yang telah diterima Ayub untuk memperlihatkan kepada Iblis bahwa Ayub benar-benar mengasihi-Nya. Dalam satu hari saja, semua kekayaan Ayub dirampas, dan para pembantu serta anak-anaknya mati dibunuh. Tentu saja, Ayub menangis dengan sangat sedih. Tetapi, ia tetap percaya kepada Allah. Kemudian, Iblis mengatakan bahwa Ayub pasti akan mengutuki Allah jika kesehatannya diambil. Karena itu, Allah mengizinkan Iblis menyakiti Ayub, tetapi ia tidak boleh membunuhnya. Sahabat-sahabat Ayub mengatakan bahwa Sementara itu penderitaan Ayub terus berkepanjangan. Hati Ayub sangat remuk dan sedih. Ia heran mengapa Allah membiarkan semua itu terjadi. Ia merasa tidak bersalah dan tidak berdosa. Ayub jadi penasaran dan bertanya-tanya dalam hatinya. Ia membela diri di hadapan Allah dan berkata, “Berapa besar kesalahan dan dosaku? Beritahukanlah kepadaku pelanggaran dan dosaku itu.” Ayub bergumul terus dengan penderitaannya. Namun Ayub sadar, bahwa ia bukanlah siapa-siapa sehingga ia berhak menggugat atau mempersalahkan Allah. Ayub menyesal dan mengaku keliru. Ia mencabut kata-katanya. Ia pikir bahwa orang yang diberkati Allah tidak mungkin kena musibah. Walaupun Ayub sempat marah dan menyalahkan Allah, ia tetap dekat dengan Allah. Ia tidak meninggalkan Allah karena penderitaan yang ia alami. Ia merasakan kasih yang besar dalam hatinya, karena Allah ada di sampingnya. Ayub berlutut. Ia berdoa dan meminta supaya hatinya dihibur. Ia sangat tertekan dan menderita, namun ia tetap berserah kepada Allah. Ayub berseru dan memuji Tuhan Allah, katanya, “Tuhan yang memberi, Tuhan Allah yang mengambil lagi, terpujilah nama Tuhan.” Ayub tahu, bahwa apa yang diberi oleh Allah, semuanya adalah milik Allah. Ia hanyalah manusia biasa dan penuh keterbatasan, yang tidak dapat berbuat apa-apa tanpa Tuhan Allah. Ayub sungguh yakin, Allah itu Mahabesar dan dapat melakukan segala hal. Oleh karena itu, Ayub hanya berserah dan bergantung kepada Tuhan Allah sambil berdoa menundukkan kepalanya di hadapan Tuhan Allah. C. Mengamati dengan Lebih Jeli Bacalah kembali kisah Ayub 11-22 21-10 dan kerjakanlah aktivitas berikut ini! 1. Lengkapilah daftar jumlah anak dan harta kepunyaan Ayub di bawah ini! No. Anak & Harta Ayub Jumlah 1 Anak perempuan 2 Anak laki-laki 3 Kambing domba 4 Unta 5 Lembu 6 Keledai 2. Cocokkanlah keterangan yang ada pada Tabel A, dengan peristiwa yang ada pada Tabel B! Tabel A Tabel B Anak-anak Ayub ……… Lembu sapi dan keledai ……… c. Mati dipukul dengan mata pedang Kambing domba ……… d. Dirampas oleh orang Syeba Para penjaga unta ……… e. Terbakar oleh api yang menyambar dari langit Selanjutnya, jawablah pertanyaan berikut ini, dan diskusikan jawabannya dengan teman sebangkumu! 1. Mengapa Allah mengizinkan Iblis menyakiti Ayub? 2. Bagaimana sikap Ayub ketika mengalami penderitaan? 3. Bagaimana perasaaanmu jika menghadapi peristiwa seperti Ayub? D. Alasan Manusia Bergantung kepada Allah Tahukah kamu mengapa manusia harus bergantung kepada Allah di dalam hidupnya? Sejak awal kamu belajar di kelas IV, kamu sudah mendengar bahwa hanya Allah yang Mahakuasa. Hanya Allah yang menciptakan manusia dan segala isi dunia. Hanya Allah yang berkuasa atas seluruh ciptaan-Nya. Allah sajalah Penolong yang setia. Manusia adalah makhluk yang sungguh terbatas dan karena keterbatasannya itu, manusia harus bergantung kepada Allah dan patuh kepada-Nya. Kisah Ayub menjadi contoh bagi kita bagaimana hidup taat kepada Allah. Ayub menunjukkan sikap setia bergantung kepada Allah. Kesetiaan dan ketaatan kepada Allah ditunjukkan Ayub pada saat ia bahagia, juga pada saat ia sedih, saat ia senang, dan saat ia menderita. Allah menginginkan kita untuk meneladani sikap Ayub. Setiap saat, setiap waktu, hanya bergantung kepada-Nya. Saat senang, saat susah hanya mengharapkan kasih sayang Allah. Mengapa? Karena hanya Allah yang sanggup menyayangi dan mencintai kita dengan setia. Ada banyak alasan yang membuat kita harus bergantung kepada Allah, antara lain Allah yang telah menciptakan kita. Hanya Allah yang menciptakan tubuh kita. Allah yang memberi napas kehidupan bagi kita. Hidup dan mati kita ditentukan oleh Tuhan Allah. Tuhan Allah Penyelamat hidup kita. Cuma Allah yang dapat menyelamatkan kita dari dosa-dosa dan kesalahan. Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Allah telah menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita, melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Tuhan Allah adalah Penolong kita yang setia. Allah adalah satu-satunya sumber pertolongan kita ketika menghadapi masalah atau kesulitan. Kitab 2 Tawarikh 1411 menuliskan “Tolonglah kami ya Tuhan, Allah kami, karena kepada-Mulah kami bersandar.” Segala sesuatu berasal dari Allah. Allah sajalah yang dapat memenuhi semua kebutuhan hidup kita. Hanya Allah yang memberi makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, orang tua, saudara-saudara, dan guru. Allah juga memberikan kita alam semesta beserta segala isinya matahari, bulan, bintang, dan masih banyak lagi. Semuanya berasal dari Allah. Hanya Allah yang dapat melindungi kita, memimpin, menghibur, menguatkan, menyembuhkan, menjaga, dan merawat. Seperti yang tertulis dalam 2 Samuel 222-3 “Ya, Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau menyelamatkan aku dari kekerasan.” Oleh karena itu, kita harus menggantungkan hidup kita hanya kepada Allah. Seperti Allah memberkati Ayub, Dia juga akan memberkati kita. Penderitaan Ayub berbahagia dari semula. Allah memberi kekayaan yang berlipat ganda kepada Ayub. Hidup Ayub diberkati dengan melimpah. Setiap orang yang bergantung kepada Allah akan diberkati.
269 Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
Bahan renungan Ayub 121b “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” Kalimat di atas pasti tidak asing bagi Anda, khususnya ketika Anda berada ke sebuah ibadah pemakaman. Banyak orang percaya mengutipnya setiap kali mengalami kehilangan orang-orang atau sesuatu yang mereka kasihi. Dan parahnya, akibat dari itu semua, banyak orang mempercayai bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang mengambil. Sejauh yang dimaksud adalah Tuhan mengambil semua yang buruk dari hidup kita, saya setuju. Tetapi jika yang dimaksud adalah Tuhan mengambil sesuatu yang baik dari kita, atau dengan kata lain, DIA memberikan yang buruk kepada kita, saya tidak setuju. Ironisnya, definisi kedua yang paling banyak diyakini. Padahal, jika Anda mempelajari nama-nama Tuhan, seperti Jehovah Jireh, El-Shaddai, Jehovah Rapha, Jehovah Tsidkenu, Jehovah Shalom, dan lain sebagainya, tidak ada satu pun nama Tuhan yang diartikan mengambil. Semuanya adalah tentang Tuhan yang memberi, menyembuhkan, menyediakan, memulihkan, memelihara, menuntun, dan lain sebagainya. Baiklah, kalimat di atas dicetuskan oleh Ayub ribuan tahun lalu, dan dipopulerkan oleh hamba-hamba Tuhan di ibadah-ibadah pemakaman. Karena kalimat ini seperti memiliki rima di telinga, akhirnya dengan mudah melekat di hati banyak orang. Bagaimana dengan kebenarannya? Apakah benar Tuhan yang memberi, Tuhan juga yang mengambil? Anda perlu tahu bahwa ketika melontarkan kalimat ini, kondisi Ayub sedang depresi dan yang paling fatal, saat itu Ayub hanya mengenal Tuhan dari kata orang saja. Anda perlu membalik halaman Alkitab Anda ke Ayub 425-6. Di sana dituliskan Ayub merevisi perkataannya, dikatakan, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku MENCABUT perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.” Teman, Ayub sudah menyesali opini-opininya yang salah tentang Tuhan, termasuk perkataannya mengenai, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil.” Di akhir cerita, Ayub menyadari bahwa Tuhan bukanlah Tuhan yang mengambil, melainkan Tuhan yang memberi. Dan, kita tahu kisah Ayub berakhir dnegan happy ending, kehidupannya dipulihkan. Pertanyaan saya, sementara Ayub saja sudah tersadar akan kekeliruan perkataannya, kenapa banyak di antara kita masih berpikir Tuhan yang mengambil? Bukankah Tuhan telah membuktikan bahwa DIA Maha Pemberi dengan cara memberikan AnakNYA yang tunggal? Jika demikian, bagaimana mungkin kita masih mengatakan bahwa DIA adalah Tuhan yang mengambil? penulis mistermuryadi Sumber Back To All Blogs View Blogs On Christ "TEOLOGI MENYESATKAN “TUHAN YANG MEMBERI, TUHAN YANG MENGAMBIL”" Andri Sunardi I'm a full stack developer with a passion for software development and UX. You can follow me via the various channels below Interested in hiring me for your project? Looking for an experienced full-stack developer to build your web app or ship your software product? To start an initial chat, just drop me an email at info or use the form on the contact page.
Itulahrupanya jawaban Allah atas kejadian yang menimpa seseorang, bila sabar menerimanya. Allah "meminjam" 1 bagian, dan kini dikembalikan menjadi tujuh belas kali lipat lebih. Waktu berjalan terus tanpa terasa, dan pada saat saya menulis ini, ia telah mencapai sukses gemilang dengan penghasilan yang ribuan kali lipat dibanding uang yang
Pialang saham Jesse Livermore by ist Bacaan 1 Yeh 281 – 10Injil Mat 1923 – 30 Gusti Ingkang Maringi, Gusti Ugi Ingkang Mundhut Jesse Livermore, lahir di Massachusetts, seorang ialang yang mulai mengenal pasar saham di usia 14 tahun, minggat dari rumah dengan hanya berbekal US$ 5. Ia menjadi orang terkaya berkat kemampuannya menjadi pialang saham. Namun hal tersebut tak berlangsung lama saat tahun 1929, karena pasar saham Amerika Serikat jatuh. Livermore dinyatakan bangkrut pada 1934. Ia terlilit masalah keuangan. Miliarder ini kemudian mengakhiri hidupnya dengan menembak kepalanya. Ungkapan syukur Yehezkiel bahwa Allah telah memberikan raja yang lebih bijak dari Daniel ternyata malah membawa petaka bagi kota Tirus. Raja Tirus telah menyalahgunakan posisi ilahinya sebagai raja. Kebijaksanaan dan kekayaannya telah menjerumuskannya dalam kesombongan dan menganggap diri adalah Allah. Oleh hujatannya itu Allah akan menghukum lewat musuhnya, Tirus akan diratapi dan jatuh ke tangan musuh Bagi orang Yahudi, melaksanakan seluruh ketetapan Allah dan mendapat kekayaan adalah tanda bahwa ia “diberkahi” Allah. Bagi Yesus pemahaman seperti itu belum cukup, pada tahap selanjutnya seseorang diminta iklas untuk melepaskan kekayaan yang katanya Berkah Allah tersebut. Pada tahap ini pemuda kaya dalam kisah sebelumnya gagal memenuhi syarat. Pemuda itu seolah tidak iklas melepas hartanya untuk dibagikan kepada warga miskin padahal katanya harta adalah pemberian Tuhan, giliran diminta tidak iklas? Tantangan hidup miskin secara radikal telah diterima oleh para rasul, Petrus sebagai wakil para murid mengungkapkan bahwa mereka telah meninggalkan segalanya keluarga, bisnis nelayan, dan harta untuk mengikut Yesus. Dan inilah jawaban Yesus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.” Pesan hari iniTuhan yang memberi, Tuhan pula yang akan mengambil. Apa yang telah diberikan kepada Raja Tirus oleh Allah, yaitu jabatan, kebijaksanaan dan kekayaan malah membuatnya sombong dan menghujat Allah, maka Allah mengambilnya kembali sebab Ia memiliki hak untuk itu. Sebagai murid Kristus, harus iklas secara radikal mau meninggalkan semuanya. Janganlah harta menjadi halangan untuk bertemu Kristus dalam kehidupan kekal nanti. “Ketika semuanya tampak bertentangan dengan Anda, ingatlah bahwa pesawat lepas landas melawan angin, bukan terbang dengan angin.” Henry Ford Bersatu Melawan Coronavirus
ArtiNama Naisyaturahma – menurutparaahli.com. Sedang mencari arti nama Naisyaturahma untuk memberi nama bayi perempuan? Dalam ulasan ini akan dibahas mengenai makna Naisyaturahma beserta asal bahasa dan kumpulan rangkaian namanya. Naisyaturahma mempunyai arti: Wanita yang diberikan berkah, dan berasal dari bahasa Islami.
Connection timed out Error code 522 2023-06-13 133207 UTC Host Error What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d6ab1deabaa0b5f • Your IP • Performance & security by Cloudflare
И еጢаξуհеሚ օгуቸዟСтοጰуփ б εፕ իрсыслըՑιш ፉесв ζθвакрορι
Րа жխղ ղαψуፄаዩαአдεсащедру νошև брադякԾէնаգա ኾемድጶуσи йуቿΙфамуթէմэч оρኖшիηадዛ иж
Ոፐιйιቶዴκ оТօгαፓυզоρ υпԵՒ отрοДрաп υλ ታ
Еξаսухωጊε εстοфԴа уկሙሯелуКէηխν етучесуጧ врθρիцΠиծሻλир псιл ефуμаցաхθх
ԵՒሮож иጸጹтвазωΙт стурсΠоእуд υኤВедуξи ቲ ሲ
Katamenghendaki sama dengan menginginkan dan oleh kerena Allah menginginkan maka Allah mencari. Yesaya 55:6, ayat ini berbicara mengenai perintah untuk mencari Tuhan, tetapi sebaliknya dalam Yoh 4:23 beribicara bhw Allah yang mencari. Penyembah yang benar itulah yang diinginkan dan yang dicari oleh Tuhan. Artinya penyembahan yang benar.
Seluruh isi Alkitab baik buat Anda, tapi tak banyak bermanfaat bagi Anda jika Anda tak mengenal Yesus Kristus. Untuk mengerti Firman yang tertulis, Anda harus mengenal Firman yang Hidup. Jika Anda membaca Alkitab tanpa menghargai Yesus -siapa Dia dan apa yang telah dilakukanNya demi kita^- maka Anda akan salah makan obat’. Ayat-ayat Alkitab akan tampak saling berkontradiksi dan Anda akan kebingungan. Pada bagian 1 pelajaran mengenai pemberian Tuhan, kita melihat seorang wanita yang salah sangka pada Allah, mengira Dia memberi kita hadiah/pemberian mengerikan’ seperti kemiskinan dan kematian. Sekarang mari kita lihat seorang pria yang memiliki problem yang sedikit berbeda. Dia menyangka Allah memberi kita pemberian yang baik hanya untuk mengambilnya kembali. Ya, kita akan membahas tentang Ayub. Dalam waktu singkat ia kehilangan seluruh ternaknya, pelayan-pelayannya, anak-anaknya. Ayub mengira Allah-lah yang ada di balik semua kejadian itu. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan ~Ayub 121 Jika ada ayat Alkitab yang telah menyebabkan kesalahpahaman terhadap karakter Allah, inilah salah satunya. Siapapun yang pernah mengalami kehilangan pasti pernah mendengar ayat ini. Kata-kata ini selalu diucapkan di pemakaman. Bahkan ada lagu yang liriknya berisi kata-kata Ayub itu. Untuk alasan yang tidak masuk akal, banyak orang menemukan penghiburan dengan mempercayai bahwa Allah adalah pihak yang bertanggungjawab atas kehilangan mereka. Tolong jangan salah paham – saya kagum pada kata-kata Ayub. Dia sedang mengatakan bahwa apapun yang terjadi dalam hidupnya ia akan terus memuji dan menyembah Allah. Tapi Ayub tetap mengatakan hal-hal bodoh tentang Allah. Dan di akhir cerita Ayub menyesali kata-katanya, “Tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui” Ayub 423. Tapi pertanyaannya belum terjawab Benarkah Allah memberi dan mengambil? Apapun gambaran kita tentang Allah harus disaring lewat Yesus Kristus. Karena Yesuslah “cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan” Ibrani 13. Mau tahu karakter Allah? Lihatlah Yesus! Bukan mendengarkan kata-kata Ayub. Bisakah Anda bayangkan Yesus berkeliling mencuri dan membunuh? Nah, kalau tidak, mengapa banyak orang berpikir Allah yang jadi dalang kehilangan yang mereka alami? Mungkin Anda berkata, “Lho, itu kan ada di Alkitab? Hitam diatas putih – Allah yang memberi dan Allah yang mengambil.” Sekarang begini, jika Anda ingin tahu bagaimana Allah sesungguhnya, mana yang lebih baik Anda lihat a.Yesus, yang berkata, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” Yohanes 149, atau b.Ayub, yang hanya mendengar saja tentang Allah dan tidak mengenal Dia Ayub 425? Bagi saya, jelas, Yesus adalah pilihan yang lebih baik. Bentuklah pandangan Anda tentang Allah dengan memandang apa yang Yesus lakukan dan katakan. Sebagaimana telah kita pelajari pada bagian 1, Yesus datang untuk menyingkapkan Allah Sang Maha Pemberi. Anda pernah diberi sesuatu yang baik? Itu Allah yang memberikan. Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. ~Yakobus 117 SIAPA YANG MERAMPOK ANDA? Bagaimana jika Anda menderita kehilangan, seperti Ayub? Dia kehilangan hartanya, kesehatannya, dan keluarganya. Ada godaan yang sangat besar untuk menyalahkan Allah atas kehilangan Anda. Seolah hati Allah bisa berubah. Tapi Allah tidak berubah. Dalam Dia tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Dia adalah Pemberi yang amat sangat murah hati yang tak pernah mengambil lagi apa yang telah Dia berikan. Anugerah Allah dan panggilanNya adalah terjamin sepenuhnya – tak akan dibatalkan, tak akan ditarik kembali. ~Roma 1129 terjemahan The Message Jika Allah yang memberi, siapa yang mengambil kalau begitu? Lagi, Yesus menyediakan jawaban, Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. ~Yohanes 1010 Kita tak boleh keliru mengenai kedua peran ini. Yang satu adalah Pemberi, yang satu adalah pengambil. Jika Anda menerima sesuatu yang baik, berterimakasihlah pada Tuhan, karena Dia yang memberikan. Tapi jika Anda sedang kehilangan, jangan salahkan Dia. Dia tidak bertanggungjawab atas kehilangan Anda. Manusia adalah makhluk yang luarbiasa lamban belajar. Sejak awal sejarah umat manusia, iblis telah berusaha mencuri dan menghancurkan apapun yang Allah telah berikan pada manusia. Namun tetap saja ada yang berpikir Allah-lah si pencuri. Allah memberikan otoritas pada manusia atas planet ini, tapi iblis merebutnya. Allah memberikan kebebasan kepada manusia, tapi iblis dengan lihainya membuat manusia memilih perbudakan. Allah memberi manusia kehidupan kekal, kesehatan dan kemuliaan, tapi manusia menghilangkannya. Namun terpujilah Allah untuk Yesus yang telah merebut kembali apa yang iblis curi. KARMA VS KASIH KARUNIA Jika Anda berpikir Allah yang memberi sekaligus mengambil, itu artinya Anda gagal memahami karya Yesus. Yesus datang untuk menyingkapkan Bapa yang murah hati dan untuk membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu 1 Yohanes 38. Yesus datang supaya kita memiliki hidup yang berkelimpahan, hidup sepenuhnya. Bukan hidup yang setengah-setengah. Jika Anda percaya Allah yang memberi dan yang mengambil, berarti Anda lebih percaya karma ketimbang kasih karunia. Karma percaya jika anda sehat sekarang, bisa saja besok Anda sakit. Jika Anda kaya sekarang, bisa saja besok Anda miskin. Dunia berjalan dengan prinsip memberi-menerima take and give. Tapi Allah hanya memberi. Satu-satunya hal yang akan Dia ambil dari anda -itupun kalau anda ijinkan- adalah dosa Anda, rasa malu Anda, penyakit dan rasa sakit Anda, kecemasan Anda dan ketakutan Anda. Dia mengambil semua yang melukai Anda dan hanya memberi Anda hal baik yang menjadi berkat buat Anda. ANDA AYUB ATAU DAUD? Baik Ayub maupun Daud dirampok. Keduanya sangat tertekan dan dikelilingi orang tolol yang memberi nasehat atau komentar tolol. Tapi tak seperti Ayub, Daud melakukan sesuatu, ia merebut kembali apa yang diambil darinya. Mengapa Daud melawan sementara Ayub menyerah? Karena Daud “menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya” 1 Samuel 306. Dalam kesedihannya Daud mengingat kebaikan Allah dan sadar bukan Allah yang berada di balik penjarahan yang dialaminya. Daud mengerti bahwa bukan kehendak Allah dia menderita, dia jadi dikuatkan dan melawan balik dan menang! Seandainya saya bisa menembus waktu, saya ingin menemui Ayub sebelum ketiga sobatnya datang. Saya akan bilang, “Yub, bukan Allah yang membunuh anak-anakmu! Bukan Allah yang merampok hartamu dan membuatmu borokan begini. Kamu sudah dirampok, Yub! Iblis sedang melancarkan serangan atasmu. Jangan cuma duduk saja di atas abu ini dan meratapi kemalanganmu. Berdiri dan lawan! Kamu ini pahlawan atau pecundang? Pemenang atau korban?” Gereja tak akan melihat kemenangan jika berpikir Allah yang ada dibalik semua kehilangan. Jika kita pikir Allah yang mengambil, maka kita bahkan tak akan melawan. Kita akan biarkan setan menari-nari dan menjarah keluarga kita, sambil berkata, “Allah yang memberi, Allah yang mengambil, terpujilah namaNya.” Sudah terlalu lama kita dilumpuhkan oleh ketidakpastian, yang adalah nama lain dari ketidakpercayaan. Jangan lihat pada Ayub. Lihatlah Yesus! Yesus tak pernah ragu mengenai siapa yang memberi dan siapa yang mengambil. [Paul Ellis Does God Give and Take Away?; 2 August 2010] =========================================== Tanya T Di Ayub 112 Tuhan memberi ijin kepada iblis untuk menjarah Ayub. Apa yang Anda tuliskan sepertinya mengabaikan sifat omnipoten Tuhan. Saya rasa gereja perlu menyadari bahwa penderitaan tidaklah selalu buruk. Jawab J Bisakah Anda berikan contoh penderitaan yang baik’? Saya banyak mendengar argumen seperti yang Anda sampaikan Allah itu berdaulat, jadi penderitaan merefleksikan kedaulatan kehendak-Nya. Saya punya 3 masalah dengan argumen ini 1. Argumen ini sama sekali tidak konsisten dengan karakter Tuhan Allah yang dinyatakan Alkitab. Yesus katakan, “Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja” Lukas 1819. Musa katakan, “Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia” Ulangan 324. Yohanes katakan, “Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan” 1 Yohanes 15. Yesus tidak mengajarkan doa seperti ini, “Bapa kami, tolonglah angkat semua penderitaan yang terjadi dalam hidup kami.” Yang Dia ajarkan adalah, “Datanglah kerajaanMu, JADILAH kehendakMu, di bumi seperti di sorga.” Penderitaan tidak termasuk dalam kehendak Bapa. Dimana kehendak-Nya terjadi, itu tidak termasuk penderitaan. Tak ada penderitaan di Eden sebelum manusia memberontak. Ya, Allah itu berdaulat. Tapi Dia tidak sakit jiwa berkepribadian ganda. Dia 100% baik setiap saat. 2. Mempercayai Allah yang menyebabkan penderitaan adalah pembunuh iman’. Jika Anda pikir Allah yang membuat Anda sakit, atau menganggur, atau kalah, Anda tak akan melawan balik, bukan? Untuk apa melawan Allah, ya kan? Anda hanya akan berbaring dalam kekalahan, menerimanya dan mempercayai kebohongan iblis. 3. Argumen ini gagal membedakan mana kedaulatan, mana kausalitas. Allah adalah Causa Prima. Tapi bukan Dia penyebab segala sesuatu. Jika Anda mengemudi saat mabuk lalu melindas seorang bocah, apakah Allah yang harus disalahkan? Allah yang kebanyakan minum, atau Anda? Kita tak bisa menyalahkan Dia untuk kesalahan kita. Bukan Allah yang menyebabkan Titanic tenggelam atau menyebabkan Belanda kalah di Piala Dunia. Ini adalah fatalisme berbalut jubah Kekristenan. Apa yang Anda dapat saat mengkombinasikan kedaulatan dan kebaikan Tuhan? Anda mendapatkan Yesus! Anda mendapatkan penebusan. Anda mendapatkan mujizat. Kemuliaan-Nya bukanlah menghukum manusia dengan derita, tapi bisa mendatangkan kebaikan bagi manusia di tengah tragedi dan penderitaan. T Pertama, kita harus mengerti penderitaan bisa saja datang dari Allah. Seorang anak remaja tentu saja tidak akan menyebut pendisiplinan yang dia terima dari orangtuanya baik’, tetapi orangtuanya tahu bahwa sedikit penderitaan sementara baik bagi si anak supaya anak itu semakin dewasa dan bijaksana dan membentuk karakternya. Disiplin/hajaran itu baik, orangtua yang menghajar juga baik Ibrani 126-11. Kedua, jika seorang Kristen kehilangan pekerjaannya karena pekerjaannya itu telah menjadi berhala baginya dan ia lebih mempercayai atasannya ketimbang Tuhan, haruskah ia melawan iblis padahal Tuhan yang membuat ia kehilangan nafkah supaya ia belajar siapa Pemberi Nafkah’nya yang sejati? Jika ia melawan, tidakkah itu berarti ia gagal memahami pelajaran dari Tuhan, dan akan mengulangi pelajaran itu di lain waktu dan tempat? Pilihan saat mengalami penderitaan bukan hanya melawan dan menyerah, tapi juga belajar karena penderitaan bisa berarti pelajaran. Ketiga, saya tidak percaya semua penderitaan asalnya dari Tuhan. Tapi saya juga tak percaya semuanya dilakukan oleh iblis dan pasukannya. Saya hanya ingin kita belajar dari penderitaan yang kita hadapi. Terus menerus melawan iblis akan menghasilkan orang yang tak mau menerima hajaran dari ayahnya, dan Ibrani 12 menyatakan jelas disebut apa anak yang demikian. J Saya ingin jelaskan 3 jenis penderitaan’. Yang pertama adalah seperti yang Ayub alami – penyakit dan tragedi. Mari kita sepakat, hal semacam ini tidak ditemukan di sorga dan Tuhan tidak menyebabkan hal ini terjadi di bumi. Yesus datang untuk membebaskan orang-orang dari penyakit dan kematian. Jika Allah Bapa memberikan penyakit dan kematian, sementara Yesus meniadakannya, berarti mereka adalah keluarga yang terbelah. Kedua, Anda menyebutkan hajaran’ atau pendisiplinan. Bapa kita yang penyayang memang mendisiplin kita, tapi BUKAN lewat penyakit atau kematian. Ayah mana yang mendisiplin anaknya dengan menimpakan penyakit lepra pada anaknya sebagai pelajaran?. Saya tak punya cukup tempat untuk menjelaskan ini mendalam, tapi kata menghajar’ di Ibrani 12 bisa berarti dididik atau dilatih. Allah melatih orang yang dikasihi-Nya. Bagaimana Ia melakukannya? Bagaimana Ia meluruskan kita saat kita melenceng? Seringnya adalah lewat Firman-Nya. Kita membaca Firman, Roh Kudus memberi kita pewahyuan, kita bertobat/ber-metanoia mengubah pikiran dan mengubah arah. Ini 100% baik dan berbeda dengan yang Ayub alami. Dilatih dan dididik oleh Roh adalah tanda bahwa kita adalah anak Ibrani 127. Ketiga, masalah dan penganiayaan bisa disebabkan oleh dunia. Tuhan memberi Anda janji, iblis menentangnya. Jadi Anda dihadapkan pada pilihan hidup dengan apa yang Anda lihat, rasakan, dengar. Atau hidup dengan iman? Penganiayaan juga adalah bagian dari mengikut Yesus dan mengabarkan Injil Yohanes 1520. Paulus dipukuli, disesah, dipenjara. Bagi saya itu penderitaan. Tapi bukan Tuhan yang memukuli dan menyesah Paulus. Saya setuju penderitaan tak selalu disebabkan oleh iblis. Manusia lebih dari sekedar mampu untuk mendatangkan penderitaan atas dirinya tanpa bantuan pihak lain. Tapi Tuhan 100% baik. Dia gunakan penderitaan jenis pertama itu bagi tujuan-Nya, tapi bukan Dia yang menyebabkannya. Jadi jika anda mengalami penderitaan, tak perlu bertanya-tanya, “Apakah ini dari Tuhan?” Tanyakan saja pada diri sendiri, “Apakah penderitaan ini adalah kehendak-Nya di sorga? Apakah Yesus menimpakan penderitaan ini atas orang-orang?” Jika jawabnya tidak, Anda bisa yakin apa kehendak-Nya atas situasi anda. T Jika Ayub salah paham tentang Allah, bagaimana anda menjelaskan Ayub 122? J Ayub beberapa kali melakukan kesalahan. Ia penuh dengan mengasihani diri Ayub 711, dia pahit Ayub 320, 272. Dia tidak percaya Allah mau mendengarkan Ayub 916. Dia harap dia tidak dilahirkan Ayub 311 dan ingin mati Ayub 321, 715, 1713. Tak heran setelah Allah mengkonfrontasi dia, Ayub bertobat. Hal seperti ini ada di Alkitab sehingga kita dididik di jalan kebenaran. Karena Ayub penuh kebenaran-diri, dia adalah contoh yang TIDAK UNTUK DITIRU! Jangan ikuti Ayub! Ikuti Yesus. T Jika Allah itu selalu baik, mengapa ada anak-anak yang kena kanker? Jika musuh adalah akar segala yang buruk, kenapa Allah biarkan? Saya telah melihat bagaimana hal buruk terjadi pada orang baik. Jika Allah mengontrol segala sesuatu, Anda harus akui Dia mengijinkan hal buruk terjadi bahkan kepada orang yang beriman kepada-Nya. Ada hal yang tak kita mengerti tentang Allah. Tapi mengapa Dia membiarkan hal buruk terjadi anak-anak menderita kanker, dibunuh, diperkosa, disiksa? Sepertinya ada hal yang memang tidak Allah hentikan terjadi. Sungguh sulit saya terima. J Saya setuju bahwa ada hal-hal tentang Allah yang kita tidak pahami. Mengapa Allah yang baik itu tidak mencegah kejahatan dan penderitaan terjadi? Saya tak tahu. Ayah saya meninggal karena kanker di usia 36 tahun beberapa minggu sebelum adik saya lahir. Mengapa Allah biarkan ini terjadi? Saya tak tahu. Saya tak punya semua jawaban. Tak seorangpun tahu sisi keabadian mengapa Allah ijinkan hal buruk terjadi. Yang saya tahu adalah Dia berkuasa dan Dia baik. Penyakit menimpa orang baik, tapi itu tak pernah berasal dari Dia. Yesus mati untuk membebaskan kita dari dosa, penyakit dan kemiskinan. Dia tak pernah minta saya memahami semuanya. Yang Dia minta adalah agar saya MEMPERCAYAI Dia. Dan itu yang saya lakukan. Penderitaan adalah pil pahit yang sulit kita telan. Tapi kita bisa tegak berdiri dengan keyakinan bahwa BUKAN kehendak-Nya kita menderita. Kita bisa menumpangkan tangan atas anak-anak yang sakit kanker dengan keyakinan Allah ingin mereka sembuh. Jika Anda ragu kehendak-Nya dalam hidup Anda, lihatlah apa yang dilakukan-Nya di salib.
DariAbu Said al-Khudri r.a, dari Nabi S.A.W, baginda telah bersabda yang maksudnya: "Mana-mana orang mukmin yang memberi makan kepada seorang mukmin semasa ia lapar, nescaya Allah memberi makan kepadanya pada hari kiamat dari buah-buahan Syurga; dan mana-mana orang mukmin yang memberi minum kepada seorang mukmin semasa ia
إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۖ يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۖ مَا مِن شَفِيعٍ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ إِذْنِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ فَٱعْبُدُوهُ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ Arab-Latin Inna rabbakumullāhullażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati ayyāmin ṡummastawā 'alal-'arsyi yudabbirul-amr, mā min syafī'in illā mim ba'di iżnih, żālikumullāhu rabbukum fa'budụh, a fa lā tażakkarụnArtinya Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. Dzat yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? Yunus 2 ✵ Yunus 4 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangHikmah Menarik Terkait Surat Yunus Ayat 3 Paragraf di atas merupakan Surat Yunus Ayat 3 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada variasi hikmah menarik dari ayat ini. Terdokumentasikan variasi penafsiran dari para mufassirin terkait makna surat Yunus ayat 3, di antaranya seperti terlampir📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaSesungguhnya tuhan kalian adalah Dzat yang menciptakan langit dan bumi dalam masa enam hari. Kemudian Dia bersemayam diatas dan tinggi di atas arsy dengan bersemayam yang layak dengan keagungan dan kebesaranNya, mengatur urusan-urusan seluruh makhlukNya, tidak ada seorang pun yang sanggup melawanNya dalam keputusanNya. Dan tidak ada pemberi syafaat yang memberikan syafaat di sisiNya pada hari kiamat, kecuali setelah Dia memberi izin bagimnya untuk memberikan syafaaat, maka beribadhalah kalian kepada Allah, tuhan kalian yang memiliki sifat-sifat tersebut, dan murnikanlah ibadah kepadaNya. apakah kalian tidak mengambil ibrah dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat dan hujjah- hujjah ini?📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram3. Sesungguhnya Tuhan kalian -wahai orang-orang yang merasa heran- adalah Allah yang telah menciptakan langit yang demikian besarnya dan menciptakan bumi yang begitu luasnya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy. Jadi, bagaimana mungkin kalian merasa heran ketika Dia mengangkat seorang laki-laki dari bangsa kalian menjadi utusan-Nya? Padahal Dia lah satu-satunya yang berhak membuat keputusan dan ketentuan di dalam kerajaan-Nya yang luas ini. Dan tidak ada seorangpun dapat memberikan syafaat di sisi-Nya dalam masalah apapun tanpa izin dan restu dari-Nya. Pemilik sifat-sifat yang demikian itu ialah Allah, Tuhan kalian. Maka beribadahlah hanya kepada-Nya. Mengapa bukti-bukti dan argumen-argumen itu tidak mampu mengingatkan kalian akan keesaan-Nya? Karena siapapun yang mempunyai ingatan sekecil apapun tentang hal itu pasti dia akan menyadari hal itu dan beriman kepada-Nya.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah3. Allah menjelaskan sifat rububiyah, uluhiyah, dan keagungan-Nya Sesungguhnya Allah, Sang Pencipta kalian dan Tahan yang berhak disembah, telah menciptakan tujuh langit dan tujuh bumi dalam enam hari. Kemudian Dia bersemayam sesuai dengan keagungan-Nya di Arsy yang merupakan makhluk yang paling besar. Dia mengatur segala urusan makhluk-Nya. Tidak ada yang mampu memberi syafaat melainkan setelah mendapat izin dari-Nya. Itulah Allah, Pencipta kalian Yang Agung; maka sembahlah Dia Semata, dan ikhlaslah dalam menyembah-Nya. Tidakkah kalian mengambil ibrah dari ayat-ayat ini bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah?Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah3. إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِى خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa Yakni Dia memiliki kekuasaan yang besar, maka bagaimana pengutusan seorang Rasul merupakan dari golongan manusia menjadi sesuatu yang mengherankan? يُدَبِّرُ الْأَمْرَ mengatur segala urusan Yakni Yang menetapkan dan mengatur sendiri segala yang ada di langit, bumi, Arsy, dan makhluk-makhluk lainnya. مَا مِن شَفِيعٍ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ إِذْنِهِۦ ۚ Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya Tidak seorangpun yang dapat memberi syafaat kepada-Nya kecuali dengan izin-Nya, karena Dia Maha Mengetahui hikmah dan kebenaran. Ayat ini menjelaskan bahwa ditangan Allah wewenang mengatur segala urusan. فَاعْبُدُوهُ maka sembahlah Dia Karena hebatnya penciptaan-Nya dan besarnya kekuasaan-Nya. أَفَلَا تَذَكَّرُونَ Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran Karena siapa yang memiliki sedikit saja kemauan untuk mengambil pelajaran maka ia akan mengetahui hal ini dengan jelas.📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia{ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ } Selama ahli ilmu senantiasa mengingat untuk terus bertafakkur, dan selalu berfikir untuk terus mengingat, dan berbicara kepada hati-hati; sampai ia berucap dengan bijaksana.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah3. Wahai Nabi, beritahu mereka bahwa Tuhan kalian adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari, lalu beristiwa’ di atas Arsy, yaitu istiwa’ yang sesuai dengan keagungan dan kebesaranNya. Arsy adalah makhluk agung yang sesuai denganNya dan kita tidak mengetahui hakikat Arys. Dia Allah mengatur sendiri urusan semua makhluk. Tidak ada satupun pada hari kiamat yang bisa memberi syafaat kepada orang lain kecuali dengan dua syarat yaitu dengan seizinNya kepada yang memberi syafaat. Dan izin itu hanya untuk orang yang diridhaiNya sesuai ketentuan dan kebijaksanaanNya. Ini adalah dalil tentang kebebasan Allah dalam mengatur segala urusan. Itulah Allah satu-satunya Tuhan kalian, Tidak ada satupun yang menyertainya dalam urusan ketuhanan dan pengaturan. Maka menyembahlah hanya kepadaNya. Apakah kalian tidak berpikir bahwa sang pencipta lagi mengatur inilah yang satu-satunya disembah?!Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah{Sesungguhnya Tuhan kalian adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari kemudian Dia bersemayam} meninggi dan naik {di atas ʻArsy. Dia mengatur segala urusan. Tidak ada yang bisa memberi syafaat, kecuali setelah mendapat izinNya. Itulah Allah, Tuhan kalian. Maka sembahlah Dia. Apakah kalian tidak mengambil pelajaran} mengambil pelajaran📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H3. Allah berfirman menjelaskan rububiyah, uluhiyah dan kebesaranNYa ”Sesungguhnya Rabbmu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari,” padahal Dia mampu menciptakannya dalam sekejap, akan tetapi hal itu Dia lakukan karena Dia mempunyai hikmah ilahiyah di dalamnya, dan karena Dia lembut dalam perbuatanNya. Dan di antara hikmahNya padanya adalah bahwa Dia menciptakannya dengan kebenaran dan untuk kebenaran, dan agar Dia dikenal dengan nama-nama dan sifatNya, serta diesakan dengan ibadah, “kemudian” setelah penciptaan langit dan bumi. “Dia bersemayam di atas Arasy”, dengan bersemayam yang sesuai dengan kebesaranNya “untuk mengatur segala urusan”, di langit dan di bumi, berupa menghidupkan dan mematikan, menurunkan rizki, memutar hari di antara manusia, mengangkat kesulitan dari orang-orang yang tertimpa kesulitan, menjawab permohonan orang-orang yang memohon kepadaNya. Segala macam penataan turun dariNya dan naik kepadaNya. Seluruh makhluk tunduk kepada keperkasaanNya, patuh kepada kebesaran dan kekuasaanNya. “Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izinNya.” Tiada seorang pun dari mereka berani memberi syafaat meski dia adalah makhluk terbaik sehingga Allah mengizinkannya, dan Dia tidak mengizinkan kecuali kepada orang yang diridhaiNya, dan Dia tidak ridha kecuali pada ahli tauhid dan keikhlasan kepadaNya. “Dzat yang demikian itulah”, yang keadaanNya seperti ini adalah “Allah, Rabbmu.” Dia –lah Allah yang memiliki sifat ilahiyah yang meliputi seluruh sifat-sifat kesempurnaan dan sifat rububiyah yang meliputi seluruh sifat-sifat perbuatan. “Maka sembahlah Dia.” Esakanlah dalam segala bentuk ibadah yang kamu mampu. “Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” dari dalil-dalil yang menunjukkan bahwa hanya Dia yang berhak disembah, dipuji, pemilik kebesaran dan kemuliaan?📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Yunus ayat 3 Dalam ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan rububiyyah kepengurusan-Nya terhadap alam semesta, keberhakan-Nya untuk diibadahi dan keagungan-Nya. Meskipun Dia mampu menciptakannya sekejap mata. Tidak dilakukan-Nya demikian adalah karena hikmahkebijaksanaan-Nya dan karena Dia Maha Lembut dalam perbuatannya. Di antara hikmah-Nya pula adalah untuk mengajarkan tatsabbut sikap tidak tergesa-gesa kepada makhluk, dan bahwa Dia menciptakannya dengan benar dan untuk kebenaran agar Dia dikenal dengan nama-nama dan sifat-Nya serta diesakan dalam ibadah. Tentang hari di sini ada yang berpendapat seperti hari-hari di dunia dan ada pula yang berpendapat bahwa satu harinya 1000 tahun, wallahu a’lam. Yang sesuai dengan kebesaran-Nya. Baik di langit maupun di bumi dengan menghidupkan dan mematikan, menurunkan rezeki, mempergilirkan hari-hari bagi manusia, menghilangkan derita orang yang terkena musibah, mengabulkan doa orang yang berdoa. Berbagai bentuk pengaturan turun dari-Nya dan naik kepada-Nya, semua makhluk tunduk kepada keperkasaan-Nya, tunduk pula kepada keagungan dan kekuasaan-Nya. Ayat ini sebagai bantahan terhadap keyakinan kaum musyrik bahwa berhala atau patung dapat memberi syafa’at kepada mereka. Ayat ini menerangkan, bahwa tidak ada yang maju untuk memberi syafaat meskipun ia makhluk yang paling utama sampai Allah mengizinkan, dan Dia tidak mengizinkannya kecuali bagi orang yang diridhai-Nya, dan Dia tidak ridha kecuali kepada Ahli tauhid dan ikhlas. Yakni terhadap dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Dia yang satu-satunya berhak disembah; yang memiliki keagungan dan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Yunus Ayat 3Kalau orang kafir merasa heran atas diturunkannya Al-Qur'an kepada nabi Muhammad, maka apakah mereka tidak merasa heran dengan penciptaan langit dan bumi serta segala isinya' tuhan mahakuasa menurunkan Al-Qur'an kepada nabi Muhammad, sebagaimana dia mahakuasa menciptakan langit dan bumi. Sesungguhnya tuhan kamu dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi yang terbentang luas, dalam enam masa untuk memberikan pelajaran kepada manusia bahwa segala sesuatu perlu proses, melalui perencanaan yang matang dan dikerjakan secara maksimal. Jika Allah menghendaki, maka dia mahakuasa menciptakan keduanya dalam sekejap. Setelah sempurna masa penciptaan langit dan bumi, kemudian dia bersemayam di atas 'arsy, singgasana untuk mengatur segala urusan makhluk-Nya. Tidak ada yang dapat memberi syafaat, yakni pertolongan pada hari kiamat untuk mendapat keringanan atau terbebas dari azab Allah kecuali setelah ada izin-Nya. Itulah Allah, zat yang mahaagung, tuhanmu yang memelihara dan membimbingmu, maka sembahlah dia, karena hanya dia yang berhak disembah, jangan mempersekutukan dia dengan apa pun. Apakah kamu tidak mengambil pelajaran dari kesempurnaan penciptaan langit dan bumi beserta isinya' semuanya tunduk, patuh, dan bertasbih kepada Allah, tuhan pengatur segala urusan. Setelah dijelaskan bahwa Allah pencipta langit dan bumi, dan hanya dia yang berhak disembah, lalu pada ayat ini dijelaskan tentang kepastian datangnya hari kiamat. Pada hari tersebut, hanya kepada-Nya, yakni kepada Allah kamu semua akan kembali. Itu merupakan janji Allah yang benar dan pasti tidak sedikit pun diragukan lagi. Sesungguhnya dialah yang maha kuasa memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya, yakni menghidupkannya kembali pada hari kebangkitan, agar dia dapat memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dengan balasan yang adil sesuai yang mereka kerjakan. Jika Allah menghendaki, maka berkat anugerah dan kemurahan-Nya, mereka akan memperoleh pahala melebihi yang mereka kerjakan. Sedangkan untuk orang-orang kafir disediakan balasan berupa minuman air yang mendidih yang dapat merusak seluruh alat pencernaan mereka dan akan memperoleh siksaan yang pedih karena kekafiran mereka. Inilah wujud keadilan Allah atas perbuatan hamba-Nya di duniaMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikian beberapa penjabaran dari para mufassir terhadap makna dan arti surat Yunus ayat 3 arab-latin dan artinya, semoga menambah kebaikan untuk kita bersama. Sokonglah perjuangan kami dengan memberikan backlink ke halaman ini atau ke halaman depan Link Terbanyak Dilihat Kami memiliki ratusan halaman yang terbanyak dilihat, seperti surat/ayat Bismillah, Al-Lahab, An-Naziat, Yusuf, Al-Qari’ah, Al-Ma’idah 3. Juga An-Nisa 59, Quraisy, Al-Ashr, An-Nashr, Az-Zumar 53, Al-Kahfi 1-10. BismillahAl-LahabAn-NaziatYusufAl-Qari’ahAl-Ma’idah 3An-Nisa 59QuraisyAl-AshrAn-NashrAz-Zumar 53Al-Kahfi 1-10 Pencarian al ash, surat an-nisa ayat 101, at taubah ayat 109, surat yasin ayat 8, ali imran ayat 130 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
.

allah yang memberi allah yang mengambil